Minggu, 26 Oktober 2014

Pembibitan



No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 01



1. PENDAHULUAN

a. Faktor utama disamping jenis tanah dan iklim, yang paling menentukan produksi per
hektar adalah kualitas bibit (jenis dan pertumbuhannya).  
b. Umur tanaman kelapa sawit mulai dari  ditanam sampai peremajaan kembali dapat
mencapai 25 - 30 tahun, maka jenis dan kualitas bibit menjadi perhatian utama.  
c. Sesudah beberapa tahun tumbuh di lapangan, rehabilitasi faktor jenis dan kualitas
tanaman  tidak pernah mungkin dapat dilakukan, sedangkan faktor-faktor lain masih
dapat diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya. 
d. Penetapan pembibitan diputuskan oleh GM Estate masing-masing, dengan
pertimbangan sbb :
• Rencana jangka panjang untuk program tanam baru dan peremajaan (long range
new planting and replanting program).
• Skala ekonomi (economy of scale)
• Pola, desain dan lokasi  pembibitan (Sentralisasi atau Desentralisasi)
e. Di dalam pengelolaan pembibitan kelapa sawit untuk mendapatkan kualitas bibit yang
tinggi/baik, ada 3 (tiga) faktor utama yang menjadi perhatian, yaitu :
• Pemilihan jenis kecambah (potensi produksi)
• Sumber kecambah yang bersertifikat 
• Pemeliharaan
• Seleksi 


2. LOKASI PEMBIBITAN

2.1. Syarat-syarat lokasi bibitan :
a. Topografi datar dan diusahakan terletak di tengah kebun.
b. Dekat sumber air dan air tersedia cukup banyak dengan kualitas yang sesuai (pada
musim kemarau).
c. Drainase baik sehingga tidak tergenang pada musim hujan
d. Lokasi harus mudah didatangi dan jalan ke pembibitan harus baik.
e. Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, tersanitasi dengan baik dan terbuka,
tidak terhalang oleh pohon besar atau bangunan.
f. Dekat dengan emplasemen sehingga pengawasan dari pencurian dapat lebih intensif.
g. Aman dari gangguan hewan (sapi, kambing, kerbau dll.) dan binatang liar.

2.2. Tahapan pekerjaan dalam persiapan areal bibitan (pemilihan lokasi bibitan dan pem-
bukaan lahan/hutan) :
a. Merencanakan waktu untuk memilih lokasi bibitan dalam hubungannya dengan faktor-
faktor di atas (point 2.1.).
b. Meninjau lokasi potensial dan memilih lokasi terbaik.
c. Mempersiapkan program bibitan yang terperinci (termasuk sistem pengairan).
d. Membuat jalan permanen kearah lokasi bibitan.
e. Menentukan luas areal bibitan sesuai dengan sistim pembibitan yang akan digunakan.
f. Membersihkan areal persemaian secara mekanis.
g. Mempersiapkan areal bibitan utama secara mekanis.
h. Memesan bahan tanaman dan peralatan.
i. Menyiapkan prasarana bibitan yang standar (pagar keliling, rumah mesin, dan lain-lain).  

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 02



3.   JENIS PEMBIBITAN

a. Ada dua jenis pembibitan, yaitu pembibitan dua-tahap dan satu-tahap.  
b. Meskipun policy perusahaan adalah pembibitan dua-tahap, namun untuk hal-hal tertentu
dan dengan seijin GM Estate dapat dipakai pembibitan satu-tahap. 

3.1. Pembibitan dua-tahap (double stage)
a. Di proyek-proyek baru yang membutuhkan bibit dalam jumlah besar dan harus
dikembangkan dalam jangka waktu yang singkat, sebaiknya digunakan pembibitan dua-
tahap.   Hal tersebut diperlukan karena untuk persiapan lahan pada awalnya hanya
dibutuhkan areal yang lebih sempit.  Disamping itu akan lebih  mudah  untuk 
mengawasi pelaksanaan pekerjaan serta tersedia waktu yang cukup untuk persiapan 
lainnya.
b. Pada pembibitan dua-tahap, kecambah mula-mula ditanam dalam small polybag (“baby
bag”) di pre-nursery. Sesudah 3 (tiga) bulan, bibit tersebut dipindahkan (transplanting)
ke large polybag di main-nursery.

3.2. Pembibitan satu-tahap (single stage)
a. Pada perkebunan yang sudah mapan (established) dengan areal bibitan yang tidak
luas, dapat digunakan pembibitan satu-tahap.
b. Pada pembibitan satu-tahap kecambah langsung ditanam dalam large polybag di main-
nursery yang mula-mula letaknya diatur saling berdekatan. Sesudah 2 atau 3 bulan,
bibit tersebut letaknya dijarangkan seperti pada pembibitan dua-tahap di main-nursery.


4. PEMESANAN KECAMBAH

a. Pemesanan kecambah untuk pembibitan harus dalam jumlah yang cukup sehingga
seleksi yang ketat tidak akan mengakibatkan kekurangan bibit yang akan ditanam di
lapangan.
b. Kecambah yang harus dipesan adalah 200 kecambah per hektar areal penanaman
(planted area) dengan kerapatan tanaman 136 - 148 pokok per hektar.
c. Pemesanan kecambah harus dilakukan dengan mengacu pada program penanaman
dan disiapkan minimal 2 (dua) tahun sebelumnya.
d. Perkiraan kebutuhan bahan tanaman per hektar program tanam disajikan pada Tabel
1.1. di bawah ini.












 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 03



Tabel 1.1. Perkiraan kebutuhan bahan tanaman (kecambah) per hektar program tanam

Deskripsi
Jumlah       
(kecambah / bibit)
Seleksi 
a. Kecambah diterima +/- 200 3,0 - 5,0 %
b. Kecambah ditanam di  persemaian (Pre-Nursery) +/- 190 5,0 - 7,5 %
c. Semai dipindah ke large-bag (Main-Nursery) +/- 180 10,0 - 15,0 %
d. Bibit siap tanam, termasuk  sisipan (+/- 10%) +/- 150 25%

Time schedule pemesanan kecambah dalam negeri




       (bulan)
   Deskripsi     X – 24  X – 12   X - 0
a. Pemesanan Kecambah         
b. Rencana Kecambah Diterima           
c. Program Tanam              


Time schedule pemesanan kecambah import


       (bulan)
   Deskripsi    X - 30    X – 24  X – 12   X - 0

1. Perizinan    
2. Pemesanan Kecambah         
3. Rencana Kecambah Diterima           
4. Program Tanam              

Note : Administrasi dan policy bibit import menjadi tanggung jawab Plantation Services
Dept.


5. PEMBIBITAN DUA - TAHAP (DOUBLE STAGE)

5.1. Pre-nursery

5.1.1.  Tahapan Kegiatan Pembangunan dan Perawatan Pre-Nursery
a. Membuat bedengan (dan naungan bila diperlukan).    
b. Mengisi baby bag dengan tanah dan menyusun di bedengan.
c. Menanam kecambah.
d. Perawatan.

 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 04



5.1.2.  Persiapan Pre-Nursery
a. Lokasi  pre-nursery harus berdekatan dengan  main-nursery. Lokasi ini harus
dibersihkan dari gulma serta diratakan tanahnya.
b. Dibuat bedengan dengan ketentuan : 
• arah bedengan memanjang dari Barat ke Timur
• panjang bedengan disesuaikan dengan keadaan lapangan
• lebar bedengan 1,2 meter
• jarak antar bedengan 0,6 - 1,0 meter
• di tepi bedengan dibuat palang dari kayu
•  "Guludan" dari tanah tidak dibenarkan karena bisa mempersulit drainase












Gambar 1.1a.  Seleksi kecambah                 Gambar 1.1b.  Pengisian polybag lalu di
               susun di bedengan 












Gambar 1.1c. Bibit umur 1 bulan masih          Gambar 1.1d.  Bibit umur 3 bulan masih
             di bedengan pre-nursery           di bedengan pre-nursery   

c. Naungan untuk  pre-nursery tidak mutlak dan dapat ditiadakan jika penyiraman
terjamin baik dan teratur.  Naungan hanya direkomendasikan apabila penyiraman 
tidak  terjamin  cukup  atau  kurang  baik pelaksanaannya.
d. Untuk bahan atap naungan bisa dipakai pelepah daun sawit ataupun plastic net
dengan 60 % shade (naungan).  Tinggi tiang atap kira-kira 2 m (dengan bagian tiang
sedalam ±0,3 m tertanam didalam tanah) dan lebar jarak antara 2 tiang sekitar 1,5 m. 
Pada kira-kira 10 minggu setelah tanam (dua daun) naungan berangsur-angsur
dikurangi sehingga dalam waktu 2 minggu kemudian naungan sama sekali
dihilangkan (setiap selang waktu 4 hari naungan dikurangi seperempatnya). 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 05



PERHATIAN :  Jangan memakai naungan yang terlalu gelap dan naungan  harus
dibongkar 12 minggu setalah penanaman kecambah. 


5.1.3.  Polybag, Tanah, dan Pengaturannya
a. Polybag untuk pre-nursery adalah baby-bag dengan ukuran lebar 14 cm, panjang 23
cm dan tebal 0,1 mm (140x230x0.1 mm), warna hitam, dan terdapat lubang-lubang
drainase.  
b. Kebutuhan baby-bag untuk per hektar tanaman di lapangan adalah 200 lembar + 2
%.
c. Tanah yang digunakan untuk media adalah tanah lapisan atas (top-soil) dan tidak
bercampur dengan batu-batu/kerikil. Tekstur tanah sebaiknya lempung berliat dan
mempunyai sifat drainase yang baik.
d. Top soil diayak dengan ayakan 1 cm untuk memisahkan bongkah-bongkah tanah
dan sisa-sisa akar/kerikil.  Tumpukan tanah yang telah diayak ditutup dengan terpal
plastik sehingga tidak kehujanan dan pengisian tanah dapat berjalan lancar.
e. Tanah  yang  telah  diayak dicampur dengan pupuk TSP sebanyak 10 g/baby-bag.
(atau dengan pupuk SP-36 sebanyak 12,5 g/baby-bag),  atau dengan  Control
Release Fertilizer - CRF  (NPK Mg+TE) dosis sesuai rekomendasi (Tabel 1.2a dan
1.26.)

PERHATIAN :  Pada waktu pencampuran, tanah harus kering dan pencampuran
tanah dengan pupuk TSP/SP-36 harus merata. Lebih diprioritaskan
menggunakan pupuk TSP/SP-36 dibanding menggunakan pupuk RP.

f. Isikan tanah tersebut ke baby-bag (+ 1 kg/baby-bag) dan dipadatkan.

PERHATIAN :  Jangan sekali-kali mengisi tanah basah apalagi yang berkadar liat
tinggi kedalam polybag karena akan terjadi pemadatan yang akan
berakibat buruk terhadap pertumbuhan akar.

g. Baby-bag disusun rapat dan rapi sehingga membentuk bedengan selebar 120 cm (12
baby-bag) dan panjangnya tergantung pada jumlah bibit per nomor kelompok. 
Penyiraman dilakukan tiap hari agar tanahnya kompak. 
h. Pinggiran bedeng diberi palang kayu agar baby-bag tidak roboh.  Antara bedengan
dibuat jalan kontrol dengan lebar 50 cm memanjang persemaian.  Barisan baby-bag
yang paling pinggir diusahakan supaya terletak 50 cm dari tepi atap naungan (lihat
Gambar 1.2.).
i.  Baby-bag harus siap minimal 1 (satu) minggu sebelum kecambah ditanam dan
disiram setiap hari sampai waktu penanaman kecambah.


 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 06



















     



                      

Gambar 1.2.  Ukuran bedeng persemaian


5.1.4.  Papan Label untuk Nama Jenis Bibit
a. Tujuan pembuatan papan label adalah :
• mengidentifikasi jenis dan sumber bibit.
• mengetahui keseragaman usia bibit di pembibitan untuk keperluan penanaman di
lapangan.
• mencatat jumlah bibit dan seleksi.
b. Untuk jenis DP Marihat ada 12 (dua belas) kelompok utama yang harus  ditanam 
terpisah, yaitu BJ, DS, MA, LM, RS, YA, DS x NI, MA x NI, DS x BJ, RS x DS, MA x
RS, BJ x RS.  Ke - 12 kelompok utama tersebut mencakup 36 kategori persilangan
(lihat Lampiran 1.1)
c. Untuk DP Rispa ada 2 (dua) kelompok utama, yaitu DP dan DYP (jenis Dumpy, lebih
pendek dari DP).
d. Untuk DP Socfindo ada 2 (dua) kelompok utama yang mencakup 22 kategori
persilangan (lihat Lampiran 1. 2)
e. Dibuat papan label untuk pemisahan  kelompok bibit  dengan ukuran 15 x 20 cm,
tinggi 30 cm dari permukaan tanah, cat dasar warna putih dan tulisan warna merah.
f. Setiap papan label harus menunjukkan asal kecambah (misalnya DxP Marihat), nama
kelompok, jumlah kecambah ditanam, tanggal kecambah ditanam (lihat Gambar 1.3.).


200 cm
180 cm
        120 cm           
Panjang bedengan
tergantung pada 
jumlah semai per
nomor kelompok


JALAN KONTROL

  

Tiang Penyangga
Section 1.01 Atap 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 07

















Gambar 1.3.  Papan label kelompok bibit di Pre-nursery dan Main-nursery


5.1.5.  Penanaman Kecambah
a. Kecambah yang diterima di kebun harus segera ditanam pada hari itu juga atau
paling lama 1 (satu) hari setelah penerimaan kecambah.
b. Kecambah yang masih dalam bungkusan plastik sebelum dibuka terlebih dulu
dipisah-pisahkan sesuai dengan nomer kelompoknya. Sebelum ditanam, semua
bungkusan plastik kecambah dibuka dan disimpan ditempat yang teduh dan lembab.
c. Penanaman kecambah harus dilakukan per kelompok (lihat butir 5.1.4).  Sebelum
penanaman kecambah,  baby-bag yang telah diisi tanah  harus disiram terlebih
dahulu.
d. Kecambah diseleksi terlebih dahulu sebelum ditanam (pedoman seleksi kecambah
disajikan pada Gambar 1.4.). Kecambah yang abnormal, patah, busuk dan
sebagainya harus dibuang, hanya kecambah normal yang ditanam.  Ciri kecambah
normal dapat dilihat pada diferensiasinya yaitu pucuk (plumula) dan akar (radicula)
dapat dibedakan dengan jelas.  Pucuk bentuknya meruncing sedangkan akar agak
tumpul, panjangnya + 8 - 25 mm berwarna putih gading dengan posisi saling bertolak
belakang.
e. Penanaman kecambah harus dilakukan dengan hati-hati/teliti agar akar dan pucuk
tidak patah, dengan cara sebagai berikut :
• buat lubang tepat di tengah baby-bag sedalam 2,5cm dengan menggunakan jari.
• letakkan kecambah dengan posisi bagian akar disebelah bawah dan pucuk
menghadap keatas.
• tutup kembali dengan tanah setebal 1,5 cm dan tidak boleh dipadatkan.
• kecambah yang belum jelas perbedaan bakal akar dan daunnya dapat ditunda
penanamannya, sedangkan yang terlalu panjang akarnya dapat dipotong 5 cm dari
pangkalnya.
• Aplikasi mulsa di atas tanah polybag setelah penanaman kecambah selesai 
• setelah selesai penanaman harus segera dipasang papan label berdasarkan nama
kelompok kecambah  yang  ditanam.



 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 08



I.  Kecambah Normal







             Gambar 1.4a.             Gambar 1.4b.  
           Kecambah normal, panjang 10 mm.                    Kecambah normal, panjang 25 mm.
                                                  








   Gambar 1.4c.     Gambar 1.4d.    Gambar 1.4e.
 Kecambah membulat atau bantat    Akar terpuntir     Pucuk dan akar terpuntir

II.  Kecambah Abnormal








          Gambar 1.4f.            Gambar 1.4g.                    Gambar 1.4h.
        Bentuk garputala            Bentuk garputala dengan             Bentuk graham
                  pucuk bentuk pancing  

 







  Gambar 1.4i.         Gambar 1.4j.     Gambar 1.4k.
  Bentuk tongkat berkait            Kecambah terhambat        Kecambah tanpa akar

Gambar 1.4.  Pedoman seleksi kecambah



 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 09



5.1.6.  Penyiraman
a Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Bila pada malam hari turun
hujan > 8 mm, maka besok paginya tidak perlu disiram.  Kebutuhan air adalah 0,2 -
0,3 liter per baby-bag per hari.
b Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang air yang dilengkapi dengan
kepala gembor di ujungnya, sehingga tidak terjadi erosi pada permukaan tanah baby-
bag. 
c Penyiraman dapat juga dilakukan dengan gembor dan persediaan air diambil dari
drum yang ditempatkan pada setiap blok pre-nursery.


PERHATIAN :  Penyiraman adalah salah satu perlakuan pemeliharaan yang terpenting
dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya terutama dalam fase
awal di pre-nursery.


5.1.7.  Pemupukan
a Aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan program yang telah direkomendasi-
kan oleh Departemen Riset (lihat Tabel 1.2a.). Di  pre-nursery selalu dilakukan
pemupukan dengan cara menyiramkan larutan pupuk (dengan menggunakan
gembor), kecuali bila menggunakan pupuk  Control Release Fertilizer - CRF  (lihat
Tabel 1.2b.). 
b Penyiraman dengan larutan pupuk harus dilakukan di sore hari setelah penyiraman
dengan air selesai dilakukan.
c Harus menggunakan pompa semprot tersendiri (bebas dari herbisida). 
Penyemprotan larutan pupuk dapat digabung dengan fungisida atau insektisida.
d Apabila muncul gejala akibat defisiensi unsur-unsur hara yang spesifik atau gejala-
gejala lain karena efek pemupukan, maka harus segera dilaporkan ke Departemen
Riset dan GM Estate dengan disertai informasi perlakuan dan foto dari gejala yang
dimaksud.
e Pemindahan bibit dari baby-bag ke large-bag pada umur 12 minggu. Jika pada umur
12 minggu bibit belum dipindahkan dan masih  tetap di baby-bag,  maka  pemupukan
harus tetap dilanjutkan  dengan  dosis  umur  11  minggu  yaitu 40 gram  urea + 15 g
MOP / 15 liter air / 500 bibit   setiap minggu sampai bibit dipindahkan.   Jangan
memberikan pupuk dalam bentuk  granular pada baby-bag.  
f. Setelah dipindahkan ke  large-bag, maka dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk
granular mengikuti umur bibit (lihat Tabel 1.2c.) atau dengan menggunakan pupuk
CRF (lihat Tabel 1.2d.)  
g. Bibit harus dipindahkan ke lapangan pada umur 11-14 bulan.   Jumlah dosis pupuk
per bibit per 52 minggu masing-masing adalah: 40 g TSP atau 50 g SP-36 + 50 g
Dolomit + 0,52 g urea + 0,06 g MOP + 8 g NPK 15.15.6.4 Compound + 228 g
12.12.17.2. Compound






 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 010



PRE-NURSERY

Tabel 1.2a.  Program pemupukan di pre nursery untuk pembibitan kelapa sawit (dua tahap)  

UMUR BIBIT        
(minggu)
CARA APLIKASI JUMLAH PUPUK PER - BIBIT
  PRE - NURSERY (PEMBIBITAN DUA TAHAP)   
Pada saat pengisian
tanah baby polybag
Dicampur dengan
tanah polybag
  10 g TSP (atau 12,5 SP-36) / baby polybag
4  Disemprot / Disiram    30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
5  Disemprot / Disiram    30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
6  Disemprot / Disiram    30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
7  Disemprot / Disiram    30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
8  Disemprot / Disiram    30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
9  Disemprot / Disiram    30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
10  Disemprot / Disiram    (40 g UREA + 15 g MOP) / 15 liter air / 500 bibit
11  Disemprot / Disiram    (40 g UREA + 15 g MOP) / 15 liter air / 500 bibit



Tabel 1.2b.  Program pemupukan di  pre nursery untuk pembibitan kelapa sawit (dua tahap)  
dengan Control Release Fertilizer - CRF

UMUR BIBIT 
(Minggu)
CARA APLIKASI JUMLAH PUPUK PER-BIBIT

Saat penanaman
kecambah


Ditabur dipermukaan tanah

5 gram

 Contoh pupuk Control Release Fertilizer - CRF :
• Merk Dagang “Sumicoat I”  dengan kandungan 19 – 8 – 12 – 2 + TE
• Merk Dagang “Meister MX” dengan kandungan  20 – 6 – 14 – 3Mg



 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 011



MAIN-NURSERY

Tabel 1.2c.   Program pemupukan di main-nursery untuk pembibitan kelapa sawit (dua tahap)
(Lanjutan ……)

UMUR BIBIT             
(minggu)
CARA APLIKASI JUMLAH PUPUK PER - BIBIT
  MAIN - NURSERY (PEMBIBITAN DUA TAHAP)      

Pada saat pengisian tanah 
large polybag (1 minggu
sebelum pemindahan bibit)
Dicampur dengan
tanah polybag

30 g TSP (atau 37,5 g SP-36) + 50 g
DOLOMIT / large polybag
13  Disebar   4 g NPK = 15 : 15 : 6 : 4
15  Disebar   4 g NPK = 15 : 15 : 6 : 4
17  Disebar   5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
19  Disebar   5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
21  Disebar   7,5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
23  Disebar   7,5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
25  Disebar   7,5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
27  Disebar   7,5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
29  Disebar   10 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
31  Disebar   10 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
33  Disebar   15 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
35  Disebar   15 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
37  Disebar   15 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
39  Disebar   15 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
41  Disebar   18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
43  Disebar   18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
45  Disebar   18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
47  Disebar   18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
49  Disebar   18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
51  Disebar   18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2

 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 012



Tabel 1.2d.  Program pemupukan di main-nursery untuk pembibitan kelapa sawit (dua tahap)
dengan pupuk Control Release Fertilizer - CRF 


UMUR BIBIT
(Minggu)

CARA APLIKASI
JUMLAH PUPUK PER-
BIBIT

12


Ditabur dalam lubang sedalam 2 – 4 cm 
mengelilingi bibit


50 gram

 Contoh pupuk Control Release Fertilizer - CRF :
• Merk Dagang “Sumicoat I”  dengan kandungan 19 – 8 – 12 – 2 + TE
• Merk Dagang “Meister MX” dengan kandungan  20 – 6 – 14 – 3Mg

 




























 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 013



KETERANGAN TABEL PEMUPUKAN

A.  Pemupukan dengan larutan pupuk di pre-nursery
a. Untuk memudahkan pelaksanaan pemberian pupuk dalam bentuk larutan, maka
direkomendasikan untuk membuat larutan stok terlebih dahulu.  Larutan stok ini
harus diencerkan terlebih dahulu sebelum disemprotkan/disiramkan ke bibit, dengan
cara sebagai berikut :
• Larutan stok untuk 5.000 bibit :  300 gr Urea dilarutkan dalam 3 liter air.  Untuk
larutan semprot/siram sebanyak 15 liter (1 sprayer) tambahkan 300 ml larutan
stok di atas kedalam 14.700 ml air (atau encerkan 300 ml larutan stok menjadi 15
liter), lalu diaduk merata.  Larutan tersebut cukup untuk 500 bibit.  
• Larutan stok untuk 5.000 bibit :  300 gr Urea + 150 gr MOP dilarutkan dalam 3
liter air. Untuk larutan semprot/siram sebanyak 15 liter (1 sprayer) encerkan 300
ml larutan stok menjadi 15 liter, lalu diaduk merata.  Larutan ini cukup untuk 500
bibit.
• Larutan stok untuk 5.000 bibit :  400 gr Urea + 150 gr MOP dilarutkan dalam 3
liter air. Untuk larutan semprot/siram sebanyak 15 liter (1 sprayer) encerkan 300
ml larutan stok menjadi 15 liter, lalu diaduk merata.  Larutan ini cukup untuk 500
bibit.

b. Pemberian larutan pupuk dapat dilakukan dengan pompa semprot (knapsack
sprayer) atau dengan gembor (disiram).

B.  Jenis pupuk Compound
Jenis pupuk Compound 12.12.17.2 yang digunakan sebaiknya yang mengandung  unsur 
mikro  (TE = trace elements), misalnya “Cockhead brand ICI” 12.12.17.2 + TE atau
penggunaan pupuk CRF.

C.  Bilamana timbul gejala-gejala defisiensi hara yang khas dari unsur-unsur tertentu
•  Boron : Penyemprotan dengan HGFB 2,5g per liter air.
•  Magnesium : Penyemprotan dengan garam Inggris (MgSO4.7H2O), 10g per liter.
•  Copper : Penyemprotan dengan terusi (CuSO4.5H2O), 0,5g per liter air.
•  Zinc : Penyemprotan dengan ZnSO4, 15g per liter air
•  Ferrum : Penyemprotan dengan FeSO4, 15g per liter air








 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 014




5.1.8.  Pengendalian Hama dan Penyakit
a Mantri bibitan/mandor harus waspada terhadap gejala serangan hama dan penyakit
yang terjadi, sehingga usaha pengendalian dapat segera dilakukan.
b Metode pengendalian hama dan penyakit di pembibitan sesuai dengan rekomendasi
(Lihat Tabel 1.3a dan Tabel 1.3b.).
c Stok insektisida dan fungisida yang jenisnya sesuai dengan rekomendasi harus
tersedia di gudang kebun.  Dan harus dihindarkan penyimpanan bahan tersebut
dalam jumlah berlebihan. 


PERHATIAN :  Penting dijaga agar penyimpanan insektisida dan fungisida jangan
sampai tercampur dengan bahan lainnya (herbisida).  Pompa semprot
yang dipakai untuk insektisida/fungisida harus khusus dan tidak boleh
dipakai untuk keperluan lainnya.


Tabel 1.3a.   Pedoman pengendalian hama dan penyakit di pembibitan kelapa sawit yang rutin
harus dilakukan selama di pre nursery maupun di main nursery.

METODE PENGENDALIAN
Jenis Pestisida
JENIS           
HAMA & PENYAKIT
SPESIES         
HAMA & PENYAKIT
Cara Aplikasi Bahan aktif
KONSENTRASI
ROTASI
APLIKASI
(kali / bulan)
- Lamda sihalotrin Kons. 0,1 - 0,2%
- Tralometrin  Kons. 0,1 - 0,2%
- Deltamethrin  Kons. 0,1 - 0,2%
KUMBANG MALAM
Apogonia sp dan
Adoretus sp.
Semprot dengan
insektisida
- Sipermetrin  Kons. 0,1 - 0,2%
2 - 4 x
sebulan
- Mankozeb 80%
- Propineb 70%
EARLY LEAF
DISEASE
(ANTHRACNOSE)
Gloeosporium sp.
Semprot dengan
fungisida sistemik
- Tiram 80%
Kons. 0,1 - 0,2%
2 - 4 x
sebulan
- Mankozeb 80%
- Propineb 70%
LEAF SPOT
DISEASE
Culvularia sp.
Semprot dengan
fungisida sistemik
- Tiram 80%
Kons. 0,1 - 0,2%
2 - 4 x
sebulan
- Maneb
- Propineb 70%  LEAF ROT DISEASE  Corticium sp.
Semprot dengan
fungisida sistemik
- Karbendazim
Kons. 0,1 - 0,2%
2 - 4 x
sebulan







 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 015




Tabel 1.3b.  Pedoman pengendalian hama dan penyakit di pembibitan kelapa sawit yang
pelaksanaannya tergantung ada tidaknya serangan.

METODE PENGENDALIAN
Jenis Pestisida
JENIS           
HAMA & PENYAKIT
SPESIES         
HAMA & PENYAKIT
Cara Aplikasi Bahan aktif
KONSENTRASI
ROTASI
APLIKASI
(kali / bulan)
- Lamda sihalotrin Kons. 0,1 - 0,2%
- Tralometrin  Kons. 0,1 - 0,2%  BELALANG
Valanga nigricornis,
Valanga sp. Dll
Semprot dengan
insektisida
- Sipermetrin  Kons. 0,1 - 0,2%
bila ada
serangan
Setora nitens  - Lamda sihalotrin Kons. 0,1 - 0,2%
Setothosea asigna  - Tralometrin  Kons. 0,1 - 0,2%
Darna trima  - Deltamethrin  Kons. 0,1 - 0,2%
ULAT API & ULAT
KANTONG
Mahasena corbetti
Semprot dengan
insektisida
- Sipermetrin  Kons. 0,1 - 0,2%
bila ada
serangan
Thrips palmi  - Lamda sihalotrin Kons. 0,1 - 0,2%
Myzus persicae  - Profenofos Kons. 0,1 - 0,2%
KUTU DAUN &
THRIPS
Aphids sp.
Semprot dengan
insektisida
- Sipermetrin  Kons. 0,1 - 0,2%
bila ada
serangan
Agriolimax sp. (siput
babi)
MOLUSSCA
Thepa javanica
(bekicot)
KIMIA (disebar) - Metaldehida  1 - 2 kg/ha
bila ada
serangan
Rattus tiomanicus
- Warfarin / 
  Coumatetralil
2,0 - 2,5 kg/ha
Rattus argentiventer  - Brodifacum 0,75 - 1,0 kg/ha  TIKUS
Rattus rattus diardii
KIMIA (rait bait)
- Bromadiolon 1,0 - 1,5 kg/ha
bila ada
serangan


5.1.9.  Pengendalian Gulma
a Pengendalian gulma di  pre-nursery hanya dilakukan dengan cara  manual yaitu
dengan mencabuti seluruh jenis gulma yang tumbuh di dalam baby-bag.
b Bersamaaan dengan pengendalian gulma tersebut, dilakukan penambahan tanah ke
dalam baby-bag untuk bibit yang doyong dan tersembul akarnya.

5.1.10. Seleksi bibit di pre-nursery
a Seleksi bibit dilakukan untuk membuang bibit yang mempunyai bentuk dan
pertumbuhan yang abnormal serta bibit yang terserang hama dan penyakit.
b Bibit yang abnormal dikumpulkan secara terpisah, dan harus diperiksa oleh Senior
Asisten/ Manager untuk kemudian segera dimusnahkan.
c Seleksi bibit di pre-nursery dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
• Tahap I : pada bibit umur 4 - 6 minggu.  
• Tahap II : pada saat sebelum bibit ditransplanting ke main-nursery.
d Pada kondisi normal, seleksi di pre-nursery  5 - 10 % dari populasi bibit 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 016




Tabel 1.3a.   Pedoman pengendalian hama dan penyakit di pembibitan kelapa sawit yang rutin
harus dilakukan selama di pre-nursery maupun di main-nursery.

METODE PENGENDALIAN
Jenis Pestisida
JENIS           
HAMA &
PENYAKIT
SPESIES         
HAMA & PENYAKIT
Cara Aplikasi Bahan aktif
KONSENTRASI
ROTASI
APLIKASI
(kali / bulan)
- Lamda sihalotrin Kons. 0,1 - 0,2%
- Tralometrin  Kons. 0,1 - 0,2%
- Deltamethrin  Kons. 0,1 - 0,2%
KUMBANG MALAM
Apogonia sp dan
Adoretus sp.
Semprot dengan
insektisida
- Sipermetrin  Kons. 0,1 - 0,2%
2 - 4 x
sebulan
- Mankozeb 80%
- Propineb 70%
EARLY LEAF
DISEASE
(ANTHRACNOSE)
Gloeosporium sp.
Semprot dengan
fungisida
sistemik
- Tiram 80%
Kons. 0,1 - 0,2%
2 - 4 x
sebulan
- Mankozeb 80%
- Propineb 70%
LEAF SPOT
DISEASE
Culvularia sp.
Semprot dengan
fungisida
sistemik
- Tiram 80%
Kons. 0,1 - 0,2%
2 - 4 x
sebulan
- Maneb
- Propineb 70%
LEAF ROT
DISEASE
Corticium sp.
Semprot dengan
fungisida
sistemik
- Karbendazim
Kons. 0,1 - 0,2%
2 - 4 x
sebulan






















 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 017




Tabel 1.3b.  Pedoman pengendalian hama dan penyakit di pembibitan kelapa sawit yang
pelaksanaannya tergantung ada tidaknya serangan.

METODE PENGENDALIAN
Jenis Pestisida
JENIS           
HAMA & PENYAKIT
SPESIES         
HAMA & PENYAKIT
Cara Aplikasi Bahan aktif
KONSENTRASI
ROTASI
APLIKASI
(kali / bulan)
- Lamda sihalotrin Kons. 0,1 - 0,2%
- Tralometrin  Kons. 0,1 - 0,2%  BELALANG
Valanga nigricornis,
Valanga sp. Dll
Semprot dengan
insektisida
- Sipermetrin  Kons. 0,1 - 0,2%
bila ada
serangan
Setora nitens  - Lamda sihalotrin Kons. 0,1 - 0,2%
Setothosea asigna  - Tralometrin  Kons. 0,1 - 0,2%
Darna trima  - Deltamethrin  Kons. 0,1 - 0,2%
ULAT API & ULAT
KANTONG
Mahasena corbetti
Semprot dengan
insektisida
- Sipermetrin  Kons. 0,1 - 0,2%
bila ada
serangan
Thrips palmi  - Lamda sihalotrin Kons. 0,1 - 0,2%
Myzus persicae  - Profenofos Kons. 0,1 - 0,2%
KUTU DAUN &
THRIPS
Aphids sp.
Semprot dengan
insektisida
- Sipermetrin  Kons. 0,1 - 0,2%
bila ada
serangan
Agriolimax sp. (siput
babi)
MOLUSSCA
Thepa javanica
(bekicot)
KIMIA (disebar) - Metaldehida  1 - 2 kg/ha
bila ada
serangan
Rattus tiomanicus
- Warfarin/ 
Coumatetralil
2,0 - 2,5 kg/ha
Rattus argentiventer  - Brodifacum 0,75 - 1,0 kg/ha
TIKUS
Rattus rattus diardii
KIMIA (rait bait)
- Bromadiolon 1,0 - 1,5 kg/ha
bila ada
serangan


5.1.11. Pengendalian Gulma
a. Pengendalian gulma di  pre-nursery hanya dilakukan dengan cara  manual yaitu
dengan mencabuti seluruh jenis gulma yang tumbuh di dalam baby-bag.
b. Bersamaaan dengan pengendalian gulma tersebut, dilakukan penambahan tanah ke
dalam baby-bag untuk bibit yang doyong dan tersembul akarnya.

5.1.12. Seleksi bibit di pre-nursery
a. Seleksi bibit dilakukan untuk membuang bibit yang mempunyai bentuk dan
pertumbuhan yang abnormal serta bibit yang terserang hama dan penyakit.
b. Bibit yang abnormal dikumpulkan secara terpisah, dan harus diperiksa oleh Senior
Asisten/ Manager untuk kemudian segera dimusnahkan.
c. Seleksi bibit di pre-nursery dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
• Tahap I : pada bibit umur 4 - 6 minggu.  
• Tahap II : pada saat sebelum bibit ditransplanting ke main-nursery.
d. Pada kondisi normal, seleksi di pre-nursery  5 - 10 % dari populasi bibit 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 018



e. Seleksi bibit dilakukan petak per petak dengan membandingkannya pada per-
tumbuhan rata-rata di petak tersebut.  Bibit yang normal mempunyai bentuk daun
"lanceolate", dimana tiap daun yang keluar pada akhir pertumbuhannya akan lebih
besar dari daun yang terdahulu.
f. Pedoman seleksi bibit di pre-nursery dapat dilihat pada Gambar 1.5. di bawah ini.


  I.  Semai Normal









                  Gambar 1.5a.  Semai normal

 II.  Kelainan-kelainan semai karena kesalahan kultur teknis











Gambar 1.5b.  Semai dengan bentuk terpuntir  (Twisted shoot)

 III.  Semai Abnormal











  Gambar 1.5c.  Daun semai menggulung  Gambar 1.5d.  Semai "Collante"
                                 (Rolled leaf)                                                        

 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 019














  Gambar 1.5e.  Semai berkerut    Gambar 1.5f.  Semai berdaun sempit
                                  (Crinkle Leaf)                               (Grass Leaf)












                                    
Gambar 1.5h.  Semai daun bulai (Chimaera)

             Gambar 1.5.  Pedoman seleksi bibit di Pre-Nursery


5.2. Main-Nursery (Pembibitan Utama)

5.2.1. Persiapan Main-Nursery  

a. Luas Areal
• Luas areal untuk main-nursery disesuaikan dengan perencanaan jumlah bibit
yang akan ditanam.  
• Satu hektar  areal  dapat menampung bibit sebanyak :
JARAK SPACING LAMANYA DI NURSERY
0,75 m X 0,75 m X 0,75 m 9 s/d. 11 bulan
0,90 m X 0,90 m X 0,90 m 11 s/d. 13 bulan
1,25 m X 1,25 m X 1,25 m 13 s/d. 18 bulan
  Note : Jarak spacing 90cm x 90cm x 90cm segitiga sama sisi = +14.000 bibit.  

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 020



• Persiapan lokasi  untuk  main-nursery  dengan  sarana dan infrastrukturnya
(jalan dan pipa saluran air) diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum  transplanting bibit.   Lay-out sarana dan infrastruktur di pembibitan
disajikan pada Gambar 1.6.
• Pipa  inlet pengambilan air dari sumur/sungai dilengkapi dengan saringan yang
dapat dibuat dari drum yang dilubangi pada sisi-sisinya.








                 








                  

Gambar 1.6. Lay out jalan dan saluran air di pembibitan kelapa sawit (cara penyiraman
manual)


b. Instalasi Pemipaan
• Perencanaan pemasangan instalasi pemipaan, pada prinsipnya ada 2 (dua)
sistem pipa pengaliran air, yaitu sistem pengaliran keatas dan sistem pengaliran
ke bawah. 
• Sistem pertama dengan menggunakan bantuan pompa sebagai tenaga
pendorong aliran, sedangkan sitem kedua berkaitan dengan sistem pengaliran
air berdasarkan gaya gravitasi.
• Dalam kasus instalasi pipa air untuk kebutuhan penyiraman di bibitan, sistem
pengaliran ke atas terdapat pada pipa utama (naik atau mendatar) yang
mengalirkan air dari waduk ke tangki yang terdapat di tempat yang cukup tinggi.
Sedangkan sistem instalasi pengaliran ke bawah merupakan jaringan pipa
distribusi dari tangki dan pipa utama ke bibitan atau melalui sumisansui,
sumishower atau sprinkler (Gambar 1.7.).

pipa utama
mesin pompa air
5 m
50 m
Jalan (lebar 5 M)
Pipa Utama
Pipa Konsumen
 33 m
100 m 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 021




Gambar 1.7 : Water Supply Bibitan


• Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pemipaan antara lain :
- Instalasi pemipaan harus di rancang dan di pasang sedemikian rupa
sehingga udara dan air dalam pipa dapat dikeluarkan dengan mudah.
- Usahakan pemasangan pipa harus merata dan tidak melengkung, jika tak
terhindarkan sebaiknya di pasang katup pelepas udara.
- Pipa yang membalikkan aliran (belok 180°) sebaiknya dihindarkan.
- Karena adanya percabangan, belokan atau adanya perubahan diameter
pipa, maka perlu diperhitungkan jumlah dan tipe katup yang akan
dipergunakan.

• Dalam perencanaan instalasi pemipaan biasanya didasarkan pada volume
kebutuhan air maksimum serta kecepatan/laju aliran air.
• Kebutuhan air maksimum dapat diperoleh dari rumus :
   
Qd
Qh   =
T

    Qmax   =   C. Qh

dimana :
Qh = Pemakaian air rata-rata (m3
/jam)
Qd = Pemakaian air sehari (m3
)
T   = Jangka waktu pemakaian 
C   = konstanta (1,5 s/d 2  tergantung kondisi bibitan) 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 022



• Untuk kecepatan rata-rata aliran dalam pipa yaitu :

Q 4Q
V =
A
=
π D²
dimana :
V  = kecepatan rata-rata aliran air dalam pipa (m/det)
Q = laju aliran (M3
/det)
A  = luas penampang pipa bagian dalam

c. Menentukan Head Losses
Adanya kecepatan aliran air dalam pipa yang melalui percabangan dan belokan,
akan menimbulkan kerugian-kerugian yang disebabkan oleh adanya gesekan air
dengan material pipa serta adanya pengaruh pemasangan katup dan percabangan
(elbow).

d. Kerugian akibat gesekan
• Gesekan yang terjadi antara air dengan dinding pipa, Darcy-Weisbach membuat
formulasi sebagai berikut :
   
H =  (λ) (l/d) (v²/2g)
dimana :
  Hf =  kerugian gesekan pada pipa lurus (m)
   λ =  koefisien gesekan
  l  =  panjang pipa lurus (m)
  d =  diameter pipa (m)
  v =  kecepatan rata-rata aliran air (m/det)
  g =  percepatan gravitasi (m/det²)

• Jika kerugian gesek persatuan panjang pipa (h/l) disebut gradien hidrolik (i) dan
laju aliran Q maka Hazen – Williams merumuskannya menjadi sebagai berikut :

Q =  1.67 ( c ) ( d2.63
)( i
0.54
)( 10.000 )
dimana :
  Q =  laju aliran air (liter/menit)
 c  =  koefisien kecepatan aliran (untuk pipa PVC = 130)
 i  =  gradien hidrolik (m/m)
 d  =  diameter pipa bagian dalam (m)

e. Kerugian akibat katup
• Akibat adanya pencabangan pada pipa distribusi, maka perlu dipasang katup
yang diletakan di dekat pipa utama. 
• Jumlah dan tipe katup yang akan dipasang harus disesuaikan dengan
kebutuhan. 
• Beberapa macam tipe katup yang sering dijumpai antara lain katup sorong (gate
valve), katup bola (globe valve).
 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 023



• Adanya pemasangan katup pada pipa akan mengakibatkan kerugian pada aliran
air, yang dirumuskan sbb :

Hk = fk x (v2
/2g)
dimana :
  Hk =  kerugian akibat katup
  fk   =  koefisien akibat katup tergantung tipe katup

f Kerugian akibat elbow
• Pencabangan untuk membelokan aliran dari pipa utama ke pipa distribusi juga
harus menggunakan elbow. 
• Elbow yang sering digunakan antara lain elbow 45° (sudut pembelokan 45°) atau
elbow 90° (sudut pembelokan tegak lurus pipa utama).
• Pemasangan elbow akan mengakibatkan kerugian yang besarnya dirumuskan
sbb :

He = fe x (v2
/2g)
dimana :
  He =  kerugian akibat elbow
  fe  =  koefisien akibat elbow tergantung tipe elbow

• Total Head Losses dinyatakan sebagai jumlah Head Statis dari total kerugian
yang terjadi.
• Dalam praktek, untuk memudahkan dalam menentukan ukuran pipa biasanya
kerugian tekanan akibat adanya gesekan dalam perlengkapan pipa seperti
halnya : belokan, reduser, percabangan dll., dinyatakan dengan  panjang
ekuivalen, artinya kerugian gesek sama dengan suatu panjang pipa lurus dengan
diameter yang sama dengan perlengkapan tersebut. (Tabel 1.4)

Tabel 1.4.  Panjang Ekuivalen & Perlengkapan Lainnya
Panjang Ekuivalen (m)
Belokan Belokan T-90º T-90º Katup Katup Katup Katup
Diameter
Nominal
(mm)
90º 45º Cabang Lurus Sorong Bola Sudut 1 Arah
40        1.50         0.90        2.10        0.45        0.30      13.50         6.60        3.10
50        2.10         1.20        3.00        0.60        0.39      16.50         8.40        4.00
65        2.40         1.50        3.60        0.75        0.48      19.50       10.20        4.60
80        3.00         1.80        4.50        0.90        0.63      24.00       12.00        5.70
100        4.20         2.40        6.30        1.20        0.81      37.50       16.50        7.60
125        5.10         3.00        7.50        1.50        0.99      42.00       21.00      10.00
150        6.00         3.60        9.00        1.80        1.20      49.50       24.00      12.00
200        6.50         3.70      14.00        4.00        1.40      70.00       33.00      15.00
250        8.00         4.20      20.00        5.00        1.70      90.00       43.00      19.00

 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 024




5.2.2. Peralatan Penyediaan Air  

Instalasi pemipaan dalam perancangan sistem jaringan instalasi air untuk kebutuhan
pembibitan perlu diperhatikan masalah alat-alat harus tersedia, diantaranya :

a Tangki Air
• Beberapa macam tangki yang biasa digunakan dalam sistem instalasi pengadaan
air. Dilihat dari letak/posisi penempatannya dikenal dengan : tangki air bawah
tanah dan tangki air di atas menara atau tangki tekan untuk menyimpan air
dengan tekanan tinggi. 
• Namun untuk kebutuhan instalasi air pada pembibitan sawit lebih banyak
dipergunakan tangki yang diletakkan di atas menara air (water tower).
• Dilihat dari bahan material yang dipergunakan untuk pembuatan tangki air dikenal
beberapa jenis yaitu : tangki plat baja, tangki plat beton bertulang, tangki kayu
maupun tangki FRP (fiberglass reinforced plastic). 
• Untuk tangki yang disebutkan terakhir, saat ini merupakan pilihan yang banyak
dipergunakan, karena taangki jenis ini memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan
tangki dari bahan lain, diantaranya :
- Jauh lebih ringan dibanding baja
- Mudah dibentuk dan diberi warna
- Tahan karat dan beberapa bahan kimia
- Kuarang merambatkan panas (isolator panas)
• Meskipun demikian FRP juga memiliki kelemahan, diantaranya :
- Kekuatannya jauh di bawah plat baja 
- Koefisien muai termal cukup besar
- Bisa terjadi kelelahan (fatigue)
- Dapat ditumbuhi algae (ganggang)
- Kurang tahan terhadap alkali
• Penggunaan tangki yang dipasang di atas sangat dipengaruhi oleh kapasitas
efektif tangki yang dinyatakan dalam rumus :

VE = (Qp – Qmax)Tp – Qpu x Tpu              

dimana :
  VE     = Kapasitas efektif tangki atas (liter)
  Qp     = Kebutuhan puncak (liter/menit)
  Qmax  = Kebutuhan pada jam puncak (liter/menit)
   Qpu    = Kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tp      = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
  Tpu     = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)

Biasanya kapasitas pompa pengisi (Qpu) diusahakan sama besar dengan Qmax.

b Pompa Air
• Beberapa macam pompa air dilihat dari sistem kerjanya (konstruksinya) yang
biasa digunakan antara lain : pompa jenis putar, pompa langkah positif (positive
displacement) dan pompa khusus. Akan tetapi yang banyak dipergunakan dalam
instalasi air di kebun adalah pompa jenis pertama. 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 025




• Pompa jenis putar mempunyai beberapa kelebihan antara lain :
- Ukurannya kecil dan ringan
- Dapat memompa  terus-menerus tanpa gejolak
- Konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan
• Pompa jenis ini yang paling banyak dipergunakan adalah pompa sentrifugal dan
pompa diffuser atau pompa turbin (bore-hole pump & submersible pump).
Pemilihan jenis harus disesuaikan dengan kebutuhan yang berkaitan dengan
kapasitasnya untuk mengisap atau menekan aliran air. 
• Pompa sentrifugal mempunyai komponen utama yang terdiri atas impeller (bagian
yang berputar) dan stationer (rumah pompa) yang bentuknya menyerupai “rumah
keong”. Sistem kerja pompa ini yaitu setelah air melewati impeller akan masuk ke
rumah pompa dan selanjutnya disalurkan keluar melalui pipa.. 
• Beberapa hal yang berkaitan dengan penentuan kapasitas pompa dalam proses
pengisian tangki air yaitu : laju aliran air, diameter pipa, tekanan air masuk
(tekanan isap) dan daya pompa dengan tinggi angkatnya.
• Laju aliran air pada sistem pemipaan dengan menggunakan tangki, untuk dalam
penentuan kapasitas pompa biasanya mengacu pada kebutuhan air pada jam
maksimum. Sedangkan apabila tanpa menggunakan tangki, kapasitas pompa
diambil sama dengan kebutuhan air puncak. 
• Diameter pipa hisap biasanya ditentukan sedemikian rupa sehingga kecepatan
aliran air antara 2 sampai 3 m/detik. Tekanan hisap pompa berkaitan erat dengan
tinggi angkat pompa terhadap air dari waduk. Tinggi angkat ini sangat penting
dalam menentukan letak/posisi pompa di atas permukaan air waduk.      
 


















 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 026





        Gambar 1.8. Bagian-bagian Pompa Sentrifugal





c   Rumah Pompa
• Untuk menjaga pompa dari panas dan hujan yang dapat menimbulkan kerusakan
pada pompa, maka sebaiknya pompa berikut panelnya diletakkan di dalam rumah
pompa yang letaknya berdekatan dengan waduk air. 
• Ukuran rumah pompa dapat disesuaikan dengan ukuran pompa dan kapasitas
pompa guna memenuhi kebutuhan air untuk bibitan (Gambar 1.9. s/d. 1.11) 

KETERANGAN

001  Adjusting Screw
003  Base
004  Bearing Housing
009  Bearing
013  Cover Plate
015  Cover Plate Bolt
017  Cover Plate Liner
023  Cover Plate Liner Set Sere
024  End Cover
025  End Cover Shim
026  Frame Plate Liner Stud
027  End Cover Set Screw
028  Expeller
029  Expeller Ring
032  Frame Plate
036  Frame Plate Liner
039  Frame Plate Stud
046  Grease Retainer
061  Labirinth Locknut
062  Labirinth
064  Impeller Sealing O-Ring
070  Shaft Key
073  Shaft
075  Shaft Sleeve
090  Shaft Seal
108  Piston Ring
109  Shaft Sealing O-Ring
 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 027




        Gambar 1.9.  Tampak dan Potongan Rumah Pompa 


        Gambar 1.10.  Diagram Panel Kontrol Pompa Waduk
 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 028




      Gambar 1.11.  Tampak & Potongan Waduk Air Bibitan

5.2.3.  Large-bag, Tanah dan Pengaturannya
a.  Large-bag dengan ukuran standar 40cmx50 cm tebal 0.2 mm, berwarna hitam,
model duduk, terbuat dari polythene dan sisinya berlubang.  
b. Tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas (top soil) dan tidak bercampur
dengan batu-batu kerikil.  Tekstur tanah sebaiknya lempung berliat dan mempunyai
sifat drainase yang baik.
c. Tanah dicampur dengan pupuk TSP sebanyak 150 g (atau dengan pupuk SP-36
sebanyak 187.5 g) dan dolomit sebanyak 250 gr/100 kg tanah.
PERHATIAN: Pada waktu pencampuran, tanah harus kering dan pencampuran
tanah dengan pupuk harus homogen. Lebih diprioritaskan
menggunakan pupuk TSP/SP-36
d. Isikan tanah tersebut ke large-bag (± 20 kg per large-bag) sampai setinggi 1 cm dari
bibir kantong (setelah padat akan turun menjadi ± 3 cm dari bibir kantong).  
e. Pengisian tanah diusahakan cukup padat dan berdiri tegak (tidak bengkok atau
patah pinggang). Tanah yang diisikan ke dalam large-bag harus ada dalam keadaan
kering.

PERHATIAN : Dilarang mengisi  tanah basah apalagi yang berkadar liat tinggi ke
dalam large-bag, karena akan terjadi pemadatan yang berakibat
buruk bagi pertumbuhan akar.

f. Bersamaan dengan pengisian tanah ke dalam large-bag dilakukan pemancangan.
g. Sewaktu pengisian dan penjarangan  large-bag, harus dihindari mengangkat  large-
bag pada bagian bibir, karena akan mengakibatkan kemungkinan large-bag robek. 
h. Lakukan konsolidasi pada masing-masing large-bag, sebagai berikut :
- menegakkan posisi large-bag agar tidak bengkok (tidak patah pinggang)
- meluruskan barisan 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 029



- meratakan dan menambahkan tanah ke dalam  large-bag sehingga permukaan
tanah 2 cm dari bibir large-bag
- mencabut gulma yang tumbuh 
- melakukan penyiraman agar struktur tanahnya mantap
i. Pekerjaan ini harus sudah selesai selambat-lambatnya  2 - 4 minggu sebelum
transplanting.

5.2.4. Papan Label untuk Nama Jenis Bibit
a. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi jenis bibit yang tergolong kelompok
tertentu, sama seperti pada pre-nursery.
b. Ukuran papan label 20 cm x 30 cm, tinggi 50 cm dari permukaan tanah, cat dasar
warna putih dan tulisan warna merah.
c. Setiap  papan  label  harus menunjukkan : asal bibit (misalnya DxP Marihat), nama
kelompok bibit, jumlah bibit dan tanggal bibit ditanam.

5.2.5.  Transplanting Bibit ke Main-Nursery
a.  Transplanting bibit ke main-nursery dilakukan setelah bibit berumur 3 bulan (4 - 5
daun).  
b.  Transplanting bibit dilakukan per kelompok bibit supaya jangan tercampur dengan
kelompok bibit lainnya. 
c. Sebelum transplanting, tanah di large-bag disiram dengan air sampai jenuh. Hal ini
untuk memudahkan penanaman bibit dan mengurangi tingkat kematian bibit sewaktu
transplanting.
d. Bibit-bibit yang sudah diseleksi di pre-nursery, diecer ke masing-masing large-bag 
yang akan ditanami.
e. Cara  penanaman bibit  ke large-bag adalah sebagai berikut :
- Buat lubang di tengah-tengah  large-bag dengan menggunakan pipa bor yang
panjang dan diameternya sesuai dengan besarnya baby-bag.
- Berikan Micorryza sebanyak 50 g per large bag di dalam lubang tersebut 
- Potong dasar  baby-bag dengan menggunakan pisau silet lalu masukkan ke
dalam lubang yang sudah dibuat di large-bag, kemudian plastik baby-bag ditarik
keluar melalui bibit. Usahakan agar tanah dalam baby-bag tidak pecah. 
- Antara  tanah  dalam   large-bag  dengan  bola tanah baby-bag dipadatkan dan 
permukaannya sama tinggi (bonggol/leher batang tidak terbenam dan akar tidak
kelihatan).
- Papan label dipasang setelah selesai  transplanting per kelompok.  Lakukan
penyiraman yang cukup pada semua  large-bag yang sudah selesai ditanami
bibit.
f. Permukaan tanah dalam  large-bag diberi mulsa berupa cangkang (shell), serabut
(fibre), bunga jantan kelapa sawit, daun lalang dan lain-lain.  Tujuannya adalah
untuk konservasi tanah dan air di large-bag. 

5.2.6. Penyiraman
a. Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari, yaitu sejak pagi hingga pukul 11.00 dan
pukul 15.00 sampai selesai.  Kebutuhan air rata-rata untuk setiap bibit adalah 2 - 3
liter per large-bag per hari tergantung umur bibit.
b. Bila terjadi hujan  minimal 10 mm pada hari sebelumnya, maka tidak perlu
dilakukan penyiraman pada hari itu. 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 030



c. Penyiraman dilakukan dengan selang air yang dilengkapi dengan kepala gembor
diujungnya, sehingga terjadinya erosi tanah dan hilangnya pupuk dari dalam  large-
bag dapat dihindari. 

PERHATIAN :  Dilarang menyiram dengan selang air tanpa kepala gembor di
ujungnya (ditembakkan langsung ke tanah large bag).

d. Ditugaskan 1 (satu) orang operator khusus dengan tugas :
- Mengelola mesin pompa air 
- Memeriksa serta memperbaiki pipa air di lokasi pembibitan setiap harinya
- Mengerjakan administrasi mesin pompa air
e. Pembibitan yang penyiramannya menggunakan sistem sprinkler atau Sumisansui,
(Sumisansui Mark II atau Sumishower 30F-17) maka pedoman operasionalnya akan
dibuat tersendiri.

5.2.7. Pemupukan
a. Pemupukan sesuai dengan program yang telah direkomendasikan oleh Departemen
Riset (lihat Tabel 1.2c dan 1.2d).
b. Apabila muncul gejala akibat defisiensi unsur-unsur hara yang spesifik atau gejala-
gejala lain karena efek pemupukan, maka segera dilaporkan dengan disertai
informasi perlakuan dan foto dari gejala yang dimaksud.
c. Pemupukan dilakukan dengan takaran

5.2.8. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Mandor/mantri bibitan harus  waspada terhadap gejala adanya serangan hama dan
penyakit  yang  terjadi  sehingga usaha pengendalian dapat segera dilakukan.
b. Biasanya serangan hama Apogonia sp. dan Adoretus SP terjadi karena pengenda-
lian gulma yang tidak up to-date.
c. Metode pengendalian hama dan penyakit di pembibitan harus sesuai dengan
rekomendasi. (Lihat Tabel 1.3a dan 1.3b.)
d.  Stok insektisida dan fungisida yang jenisnya sesuai dengan rekomendasi harus
tersedia di gudang kebun.  Harus  dihindarkan penyimpanan bahan tersebut
dalam jumlah berlebihan. 

5.2.9. Pengendalian Gulma
a. Gulma di dalam large-bag
- Pengendalian gulma di dalam  large-bag dilakukan dengan cara manual pada
setiap bulan sampai bibit cukup besar. 
- Konsolidasi bibit (mendirikan dan menegakkan bibit doyong) dilakukan
bersamaan dengan pengendalian gulma.
- Pemberian mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma.

PERHATIAN :  Tidak diperbolehkan mengendalikan gulma di dalam large-bag
dengan menggunakan herbisida.

b. Gulma di antara large-bag
- Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida berbahan
aktif amonium glufosinat dosis 2 - 2,5 liter per ha blanket (konsentrasi 0,5%) atau
parakuat diklorida dosis 2 - 3 liter per hektar blanket.    

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 031



- Alat semprot menggunakan non-drift nozzle  dan posisinya harus lebih rendah
dari permukaan large bag pada saat penyemprotan.

PERHATIAN :  Tindakan ini harus diawasi dengan ketat. Tidak dibenarkan
melakukan penyemprotan dengan  bahan aktif 2,4 D-amine.

5.2.10. Seleksi Bibit di Main-Nursery
a. Bibit yang abnormal dikumpulkan secara terpisah, dan harus diperiksa oleh Senior
Asisten/Manager untuk kemudian segera dimusnahkan/dicincang.
b. Seleksi bibit di main-nursery dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
-  Tahap I  : umur bibit 3 - 4 bulan
-  Tahap II  : umur bibit 9 bulan
-  Tahap III  : umur bibit 12 bulan (pada saat sebelum bibit ditanam ke lapangan) 
c. Beberapa bentuk bibit yang abnormal dan harus disingkirkan sewaktu seleksi adalah 

Kelainan pada habitus tanaman :      
- Bibit tumbuh meninggi dan kaku, sudut pelepah dengan sumbu batang lebih
tajam (gejala steril).  Gejala ini muncul setelah + 2 - 3 bulan di bibitan.
- Permukaan tajuk rata, bentuk bibit memendek karena pelepah yang muda tidak
mau memanjang dan lebih pendek dari pada pelepah yang tua.  Terjadi setelah
+ 2 - 3 bulan di bibitan.
- Bibit tumbuh terkulai, terjadi setelah + 6 bulan di bibitan.
- Anak daun tidak membelah sedangkan anak daun pada bibit yang lain yang
umurnya sama telah membelah.  Terjadi setelah + 3 - 4 bulan di bibitan.

Kelainan pada bentuk anak daun (leaflet) :
- Sudut anak daun dengan tulang daun sangat tajam (cenderung steril).  Terjadi
setelah + 3 bulan lebih di bibitan.
- Helaian anak daun sempit seperti jarum, kadang-kadang menggulung dan
membentuk sudut yang tajam dengan tulang daun.  Terjadi setelah + 3 bulan di
bibitan.  
- Anak daun pendek-pendek dan terjadi setelah + 5 bulan di bibitan.
- Anak daun tersusun sangat rapat atau sebaliknya tersusun jarang-jarang. 
Terjadi setelah + 5 bulan di bibitan. 

Kelainan daya pertumbuhan :
- Ada bibit yang bentuk dan daunnya normal tetapi pertumbuhannya sangat
lambat.  
- Bibit yang demikian (laggard seedling) termasuk bibit yang dibuang.

d. Persentase seleksi dari  pre-nursery sampai dengan ditanam ke lapangan berkisar
antara 20 - 25 %, tergantung dari jenis bibit dan rekomendasi dari instansi penghasil
kecambahnya.
e. Bibit  abnormal akibat  serangan  hama, penyakit,  defisiensi unsur  hara dan
kesalahan  tindakan  kultur  teknis  (terkena percikan herbisida, terbakar karena
pemupukan yang berlebihan dll.)  dapat dipelihara terus dengan perlakuan khusus.  
Bila 3-4 bulan  setelah  perawatan tidak ada perbaikan / perubahan maka bibit harus
dibuang/dimusnahkan. 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 032



f. Pedoman seleksi bibit di main-nursery dapat dilihat pada Gambar 1.12. di bawah
ini.

I. Bibit-bibit abnormal yang harus dibuang







    Gambar 1.12a.    Gambar 1.12b   Gambar 1.12c.
         Permukaan “tajuk rata”       Titik tumbuh “ganda”     Bibit “Erect”
                              

          




    Gambar 1.12d.        Gambar 1.12e.         Gambar 1.12f.
     Bibit "Juvenil"              Bibit daun bulai (Chimaera)        Bibit (Narrow Pinnae) 
   



              






      Gambar 1.12g.       Gambar 1.12h.    Gambar 1.12i.
  “Short Broad Pinnae”                “Wide Internode”      “Short Internode”        
  



 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 033



II. Bibit dengan gejala "Crown Disease"
              







Gambar 1.12j.  Gejala "Crown Disease" 
[ gejala awal (kiri) dan gejala lanjut (kanan) ]

III.  Bibit abnormal akibat serangan hama, penyakit dan kesalahan kultur teknis










         Gambar 1.12k.            Gambar 1.12l.      Gambar 1.12m.
               “Early Leaf Disease”       “Leaf Spot Disease”   “Leaf Rot disease”                                  
       (Anthracnose)          (Curvularia sp.)        (Corticum sp.)                                     
        










  Gambar 1.12n.    Gambar 1.12o.      Gambar 1.12p.
  Hangus terkena herbisida   Hangus terkena matahari     Stres akibat transplanting
Gambar 1.12.  Pedoman seleksi bibit di Main-Nursery

 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 034



6. PEMBIBITAN SATU-TAHAP (SINGLE STAGE)

a. Pada pembibitan satu-tahap kecambah langsung ditanam dalam  large-bag di main-
nursery yang mula-mula letaknya diatur saling berdekatan.  Sesudah 2 atau 3 bulan,
bibit tersebut letaknya dijarangkan seperti pada pembibitan dua-tahap di  main-
nursery.
b. Semua hal  yang  relevan  yang diuraikan pada tulisan mengenai pembibitan dua-tahap 
berlaku juga untuk pembibitan satu-tahap ini.  Untuk program pemupukan Pembibitan
satu-tahap tercantum pada Tabel 1.5a. dan 1.5b. dibawah ini.


Tabel 1.5a.  Program pemupukan di main nursery untuk pembibitan kelapa sawit (satu tahap)

UMUR BIBIT          
(minggu)
CARA APLIKASI JUMLAH PUPUK PER - BIBIT
 MAIN – NURSERY (PEMBIBITAN SATU TAHAP)      
  Pada saat pengisian tanah
large polybag (1 minggu
sebelum pemindahan bibit)
Dicampur dengan tanah
polybag

40 g TSP (atau 50 g SP-36) + 50 g DOLOMIT /
large polybag
4 Disemprot / Disiram  30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
5 Disemprot / Disiram  30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
6 Disemprot / Disiram  30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
7 Disemprot / Disiram  30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
8 Disemprot / Disiram  30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
9 Disemprot / Disiram  30 g UREA / 15 liter air / 500 bibit
10 Disemprot / Disiram  (40 g UREA + 15 g MOP) / 15 liter air / 500 bibit
11 Disemprot / Disiram  (40 g UREA + 15 g MOP) / 15 liter air / 500 bibit
13 Disebar  4 g NPK = 15 : 15 : 6 : 4
15 Disebar  4 g NPK = 15 : 15 : 6 : 4
17 Disebar  5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
19 Disebar  5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
21 Disebar  7,5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
23 Disebar  7,5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
25 Disebar  7,5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
27 Disebar  7,5 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 035



Lanjutan Tabel 1.5a.

  

UMUR BIBIT          
(minggu)
CARA APLIKASI  JUMLAH PUPUK PER - BIBIT
29 Disebar  10 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
31 Disebar  10 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
33 Disebar  15 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
35 Disebar  15 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
37 Disebar  15 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
39 Disebar  15 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
41 Disebar  18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
43 Disebar  18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
45 Disebar  18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
47 Disebar  18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
49 Disebar  18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
51 Disebar  18 g NPK = 12 : 12 : 17 : 2
Note :
Dosis TSP = 40 g atau SP-36 = 50 g (atau dengan pupuk Rock Phosphate /RP sebanyak 80 g)
namun lebih diperioritaskan untuk menggunakan pupuk TSP/SP-36  
 

Tabel 1.5b.  Program pemupukan di  nursery untuk pembibitan kelapa sawit (satu tahap)
dengan pupuk Control Release Fertilizer - CRF 


UMUR BIBIT
(Minggu)

CARA APLIKASI
JUMLAH PUPUK PER-
BIBIT

Saat Tanam
Kecambah

12



Ditabur dipermukaan tanah mengelilingi
kecambah

Ditabur dalam lubang (3 lubang) sedalam
2 – 4 cm  mengelilingi bibit


5 gram


50 gram

 Contoh pupuk Control Release Fertilizer - CRF :
• Merk Dagang “Sumicoat I”  dengan kandungan 19 – 8 – 12 – 2 + TE
• Merk Dagang “Meister MX” dengan kandungan  20 – 6 – 14 – 3Mg 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 036



7.  PEMINDAHAN BIBIT KE LAPANGAN
a. Bibit  kelapa  sawit  siap  dipindahkan  ke lapangan pada umur 12 bulan.
b. Satu bulan sebelum pemindahan ke lapangan, dan diulangi lagi dua minggu kemudian,
large-bag diangkat dan diputar 180o.  Cara ini dilakukan untuk memutuskan perakaran
yang telah menembus  large-bag sehingga dapat mengurangi terjadinya  shock pada
tanaman saat ditanam di lapangan.
c. Setelah bibit diputar, tetap harus dilakukan penyiraman 
d. Dilarang memangkas daun bibit sewaktu pemindahan bibit ke lapangan
e. Sebelum bibit sawit dipindahkan ke lapangan dilakukan penyiraman terlebih dahulu
sampai tanah large-bag jenuh air.
f. Pemindahan bibit dari pembibitan ke lapangan, harus dilakukan secara hati-hati dengan
mengangkat pada bagian polybagnya.   Tidak dibenarkan mengangkat bibit pada
bagian leher akar (collar).
g. Penyusunan bibit di dalam unit transport, dilakukan dalam 1 (satu) lapis.  Tidak
dibenarkan bibit ditumpuk/saling tindih.
h. Penurunan bibit dari unit transport, harus dilakukan dengan hati-hati dan harus
diletakkan dalam posisi tegak untuk menghindari kerusakan bibit. Tidak dibenarkan
dibanting/dilempar.
i. Pemindahan bibit ke lapangan harus dilakukan per kelompok bibit (jenis bibit). Untuk itu
Estate Manager bersama  Asisten harus menyusun peta rencana penanaman di
lapangan.  Diusahakan blok yang sama ditanami jenis bibit dari kelompok yang sama.


8.  ADMINISTRASI  PEMBIBITAN 

a. Untuk  mendukung  kelancaran  tehnis  operasional  lapangan  di  pembibitan,
diperlukan  sarana  administrasi  yang  baik dan dapat menyajikan  data  yang  tepat dan
up to-date, mulai dari tahap penerimaan  kecambah, pre-nursery,  main-nursery  hingga
saat pemindahan (transplanting) ke lapangan.  
b. Tuntunan administrasi tersebut dapat dilihat di Lampiran 1.3.

 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 037



Lampiran 1.1.  Pengelompokan Jenis-jenis bibit Marihat kedalam 12 Kelompok utama dan 36
Kategori.

































Note : Penanaman kategori yang berlainan dalam Kelompok utama yang sama dapat
dilakukan untuk satu blok dilapangan.











             Kategori
Kelompok Utama   (nomor persilangan)
BJ    01 – 04
  DS    02 – 29 02 – 42
    02 – 43 02 – 44
    02 – 50 
MA    03 – 05 02 – 09
    02 – 45 03 – 46
    03 – 47 03 – 49
    03 – 59  03 – 60
    03 – 63 03 – 64
LM    04 – 17
RS    05 – 27 05 – 28
    05 – 30  05 – 31
    05 – 32 05 – 66
YA    09 – 15 09 – 19
    09 – 20 09 – 67
    09 – 68
DS*NI    10 – 34
MA*NI    11 – 33 11 – 37
DS*BJ    12 – 56 12 – 57
RS*DS    13 – 69
MA*RS   15 – 70
BJ*RS    22 - 71 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 038



Lampiran 1.2.  Pengelompokan jenis jenis bibit Socfindo kedalam 2 kelompok utama dan 22
kategori.



























IL    0505
    0511
    2505
    4205
    4211
    4905
    4911
    5005
    5011
    5105
    5111
    5405
     5411
     6311
     6405
     6722
  SL     0811
     3011
     6105
     6205
     6405
     6505
             Kategori
Kelompok Utama  (nomor persilangan) 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 039



Lampiran 1.3. Administrasi Bibitan














































 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 040



Lampiran 1.4. Administrasi Bibitan















































 

No. Policy
1xx/PTK-BBT/2004


PEMBIBITAN


No. Indeks :
I / 041



Lampiran 1.5. Administrasi Bibitan







1 komentar:

  1. Bovegas.com Casino & Resort Spa is Live! | Mashantucket, CT
    Bovegas.com Casino 창원 출장마사지 & Resort Spa is LIVE! 이천 출장안마 | Mashantucket, CT. Check out 경기도 출장안마 more 창원 출장안마 events 동두천 출장안마 and RSVP here!

    BalasHapus