BAHAN AJAR
MEMBIAKAN
TANAMAN SECARA VEGETATIF
PAKET DIKLAT
AGRIBISNIS
TANAMAN HORTIKULTURA
JENJANG DASAR
OLEH :
TIM DEPARTEMEN HORTIKULTURA
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK
DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN
CIANJUR
2010
A. PENDAHULUAN
Bibit merupakan penentu keberhasilan dalam
melakukan budidaya tanaman. Oleh karena
itu dalam melakukan budidaya tanaman hendaknya dimulai dari pemilihan bibit tanaman yang baik, agar dalam
perkembangan pertumbuhannya dapat hidup secara normal dan akan berproduksi
secara maksimal. Hal ini dapat kita
pahami, karena bibit merupakan salah satu kunci dalam perkembangan proses
budidaya selanjutnya. Selain itu, bibit juga
merupakan pembawa gen yang dapat
menentukan sifat dari tanaman induknya.
Dengan demikian, agar memperoleh tanaman yang memiliki sifat dari
tanaman induknya, maka kita harus memilih bibit tersebut dari induk yang
memiliki sifat tersebut. Salah satu contoh,
apabila kita menginginkan tanaman durian montong yang memiliki sifat buah besar
dan manis serta berbiji kecil, maka kita harus mengambil induknya dari durian
montong tersebut.
Untuk memperoleh bibit yang baik,
hendaknya kita harus mengetahui tentang macam-macam bibit dan ciri-ciri bibit
yang baik. Apabila kita sudah mengetahui
tentang macam-macam bibit, maka kita akan mengenali bibit tersebut, apakah bibit tersebut dari biji,
cangkok, okulasi, setek maupun dari
sambungan, dan begitu pula dalam mengenali ciri-ciri bibit yang baik harus
benar-benar mengetahui agar tidak terjadi kegagalan dalam melakukan
pembudidayaan.
Akan tetapi, dari mulai mengetahui tentang
kriteria macam-macam bibit dan ciri-ciri
bibit yang baik, hal itu merupakan
kriteria untuk konsumen yang membutuhkan bibit secara lansung untuk ditanam,
namun sebaiknya kita melakukan sendiri dalam penyediaan bibit tanaman yang akan
kita budidayakan, sehingga bibit tersebut dapat diketahui sifat-sifat yang
dimiliki dari induknya tersebut.
Bibit yang dipersipkan sendiri oleh kita
dapat dilakukan melalui perbanyakan secara vegetatif, baik melalui sistim
okulasi, cangkok, sambung, maupun
susuhan.
Mengingat pentingnya peranan bibit dalam
proses budidaya tanaman secara keseluruhan, pengetahuan untuk menyiapkan bibit
yang baik sangat penting dikuasai.
Dengan berbekal pengetahuan dasar dari modul ini, diharapkan dapat
menjadi salah satu penunjang untuk memperlancar dalam penyediaan bibit yang
benar-benar berkualitas, baik dalam pertumbuhan maupun dalam produksi. Karena, bila salah dalam meyiapkan bibit maka
akan terjadi kerugian besar dalam usaha tani yang diakibatkan oleh kesalahan
dalam memilih bibit.
B. URAIAN MATERI
1.
Pengertian Bibit
Pengertian bibit dapat diartikan
sebagai tanaman kecil (belum dewasa) yang berasal dari pembiakan generatif (dari biji), vegetatif,
kultur jaringan, atau melalui teknologi perbanyakan lainnya.
Pengertian bibit
dalam modul ini biasanya diterapkan bagi tanaman buah tahunan. Pada tanaman buah tahunan dijual dalam bentuk
tanaman kecil (bibit). Lain lagi pada
tanaman sayuran, hias, dan buah semusim
yang sering dijual dalam bentuk biji hasil penangkaran yang biasa disebut benih
untuk perbanyakan.
2.
Cara Perbanyakan Bibit
Berdasarkan cara
perbanyakan, bibit dibagi menjadi dua yaitu bibit generatif dan bibit
vegetatif.
Bibit generatif
diperoleh dari hasil perbanyakan secara kawin (sexsual). Bibit generatif dikenal juga dengan bibit
yang berasal dari biji. Karena biji ini
telah dibuahi atau sebagai hasil perkawinan antara bunga jantan dan bunga
betina, mekanisme perkawinan terjadi pada saat penyerbukan, yaitu kepala putik
diserbuki dengan serbuk sari yang berlanjut sampai pembentukan biji.
Bibit vegetatif
diperoleh dari pembiakan secara tak kawin (asexsual). Perbanyakan ini banyak orang melakukannya
untuk mendapatkan bibit, karena dengan cara ini bibit akan tetap sama memiliki
sifat-sifat yang serupa dengan induknya.
Pada perbanyakan vegetatif akan mendapatkan penggabungan sifat yang baik
dari induk tersebut. Sebagai contoh
dalam perbanyakan vegetatif melalui
okulasi atau sambung akan mendapatkan batang bawah yang memiliki sifat seperti induknya contoh
mempunyai perakaran yang baik, dan untuk
batang atasnya akan memiliki sifat dari induknya, contohnya dalam kualitas buah
yang baik.
3.
Macam-macam Bibit
Bibit yang kita
kenal biasanya bibit yang biasa
diperbanyak melalui bibit dari biji, okulasi, sambung, atau okulasi.
a.
Bibit dari biji
Bibit yang
berasal dari biji menupakan bibit yang sudah kita kenal sejak lama. Cara perbanyakan ini bisa terjadi secara
alami. Ketika kita memakan buah dan biji dari buah tersebut kita buang, amak
akan tumbuh biji tersebut menjadi tanaman, jika biji tersebut mendapatkan
kondisi lingkungan yang mendukung maka, biji tersebut akan tumbuh dengan
pertumbuhan yang baik.
Tanaman
yang bersal dari biji akan mempunyai perakaran yang baik dan dalam, dan
pertumbuhan dari tajuk tanaman tersebut akan seimbang dengan tumbuhnya
perakaran.
Bibit yang
berasal dari biji akan lebih awal dalam melakukan pertumbuhan vegetatif, hal
ini disebabkan pembentukan yang pertama adalah membentuk batang dan tajuk
tanaman sehingga pertumbuhan generatif akan lebih lambat.
Tanaman
yang berasal dari biji memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut diantaranya adalah :
· Perakarannya yang kuat
· Tahan terhadap penyakit
· Mempunyai pertumbuhan batang yang kuat
Kekurangan dari tanaman yang berasal dari biji diantaranya :
· Sifat yang dimiliki belum tentu sama
dengan induknya
· Umur berbuahnya sangat lambat
Berdasarkan
dari sifat yang dimiliki, maka perbanyakan dari biji dapat dijadikan sebagai
batang bawah pada okulasi, sambung dan susuhan, karena mengingat bahwa batang
bawah harus memiliki pertumbuhan yang kuat dan tahan terhadap penyakit, agar
dalam pertumbuhannya nanti mampu melakukan proses pertumbuhan secara normal dan
kuat. Tetapi perbanyakan dari biji
masih banyak dilakukan, mengingat belum
ada cara untuk mengembangkan tanaman ini, contohnya pada tanaman pepaya dan
tanaman manggis. Pada tanaman pepaya
belum bisa dilakukan melalui perbanyakan vegetatif, begitu juga dengan tanaman
manggis, pertumbuhan yang berasal dari biji mempunyai sedikit percabangan dan
pertumbuhannya lambat sekali, makanya tanaman yang beasal dari biji cendrung
lurus ke atas dan meninggi.
Bibit dari biji dapat dikenali
oleh kita, selain tanaman tersebut lurus dan sedikit percabangan serta tidak
ada benjolan bekas okulasi.
b.
Bibit sambung (detached scion grafting)
Bibit
ini hampir sama dengan okulasi, karena bibit yang disambung memerlukan batang
bawah yang beasal dari biji. Prinsip
pembuatannya hampir sama dengan cara yang diokulasi. Kedua jenis bibit ini sering digolongkan ke
dalam golongan yang sama sebagai bibit sambungan. Yang membedakannya, pada bibit okulasi yang
disambungkan adalah kumpulan mata tunas, sedangkan pada bibit sambungan adalah
kumpulan mata tunas atau batang.
Kelebihan
dan kekurangan pembibitan yang disambung hampir sama dengan cara pembibitan
okulasi.
Bibit
sambung diperoleh dengan menggabungkan dua batang tanaman yang ditumbuhkan
menjadi satu antara batang bawah dan batang atas (tunas). Cara ini dilakukan sebagai kombinasi antara
pembiakan secara generati dan secara vegetatif, karena untuk memperoleh bibit
sambungan dapat digunakan batang bawah yang diperoleh dari generatif, dan
batang atas dapat diperoleh dari cabang tanaman induk. Untuk batang bawah yang siap digunakan untuk
penyambngan harus memiliki sifat yang baikserta harus memenuhi persyaratan
fisik antara lain umur dari 3 – 12 bulan, batang lurus, pertumbuhan subur dan
sehat. Batang atas berasal dari tanaman
induk yang memiliki sifat-sifat baik, diantaranya sudah berproduksi dengan
baik, pertumbuhan sehat, umur cabang relatif sama dengan batang bawah, cabang
lurusdan tidak terserang hama dan penyakit.
Perbanyakan
sambungan yang kita kenal terdapat tiga golongan besar sambungan yaitu :
·
Okulasi (budding)
·
Sambung pucuk (scion
grafting)
·
Penyusuhan (grafting
by aproach atau marching)
c.
Okulasi (budding)
Bibit yang
dipersiapkan dari okulasi atau tempelan merupakan perbanykan tanaman yang
paling baik, karena okulasi menggunakan batang bawah sebagai penopang tanaman,
dan batang bawah tersebut mempunyai perakaran yang baik, sehingga untuk
mendapatkan makanan dari bawah dan menyuplainya ke atas melalui akar tersebut,
dengan demikian tunas yang menempel pada batang tetap terjaga pertumbuhannya.
Bibit yang
dihasilkan dari okulasi mempunyai
kelebihan sebagai berikut :
·
Dapat mewarisi baik dari induk
entres (tunas yang ditempel) karena induk yang dipilih memiliki sifat baik,
·
Perakaran biji cukup kuat karena
batang bawahnya berasal dari biji,
·
Dapat mewarisi sifat baik dari
batang bawah karena batang bawah dipilih dari yang memiliki sifat-sifat baik,
· Lebih cepat berbuah.
Kelemahan
dari okulasi tertama dalam masalah teknis pengerjaannya, karena pengerjaannya
tersebut harus memerlukan keterampilan teknis yang baik melalui pengalaman dan
latihan. Selain itu ada beberapa jenis
tanaman yang belum dapat dikembangkan oleh perbanyakan melalui okulasi.
Persiapan
unruk melakukan perbanyakan secara okulasi ini dapat dilakukan dengan mudah dan
sederhana, seperti persiapan batang bawah, pembuatan persemaiaan untuk batang
bawah, cara mengokulasi, dan pemeliharaan hasil okulasi.
1.
Persiapan batang bawah
Batang
bawah dipersiapkan dari biji yang sudah dipilih, biji tersebut harus dari
tanaman yang mempunyai sifat baik, karena hal ini dapat membantu tunas tempelan
mendapatkan sifat yang baik dari batang bawah maupun dari batang atas.
Adapun
kriteria untuk batang bawah sebagai berikut :
·
Merupakan hasil semai biji / setek
yang bersifat vegetatif.
·
Kompatible terhadap batang atas
·
Tahan terhadap serangan hamadan
penyakit
·
Tahan terhadap perubahan iklim
(kering / genangan air)
·
Memiliki sistem perakaran yang
kuat
·
Dapat menunjang pertumbuhan batang
atas dengan baik.
·
Tidak menyebabkan perubahan rasa
pada buah yang dihasilkan batang atas.
Setelah kita persiapakan biji untuk batang bawah, selanjutnya kita
persiapkan pesemaian untuk batang bawah.
2.
Pembuatan pesemaian batang bawah
Pesemaian yang dipersiapkan untuk batang bawah
dapat disiapakan dengan dua cara, cara
pertama dengan pesemaian secara terbuka di lapangan, dan cara yang kedua dapat
dilakukan dengan pesemaian dalam polybag.
·
Pesemaian
di lapangan
Pesemaian di lapangan merupakan persiapan yang
digunakan untuk pertumbuhan biji yang akan dijadikan sebagai batang bawah.
a. Pembuatan
bedengan di lapangan
Gambar pembentukan bedengan
b. Penentuan lokasi bedengan pesemaian
Langkah
awal untuk pembuatan bedengan adalah peimilihan lokasi, lokasi yang akan
dipersipkan untuk dijadikan tempat pesemaian harus memenuhi syarat. Syarat tersebut diantaranya sebagai berikut:
·
harus
dekat dengan sumber air
·
dekat
dengan areal penanama,
·
dapat
diawasi
·
menerima
sinar matahari penuh
·
dekat dengan saran transportasi
c. Pembuatan bedengan
Apabila kriteria tersebut sudah memadai, selanjutnya dilakukan
pengolahan lahan untuk pesemaian tersebut.
Tanah terlebih dahulu diolah dengan menggunakan cangkul agar tanah
tersebut menjadi gembur. Pengolahan ini
dilakukan dengan cara membalikan tanah lapisan atas dibalik menjadi dibawah,
hal ini dimaksudkan agar tanah tersebut ada keseimbangan dalam unsur hara. Bedengan dibuat dengan ukuran 120 cm lebar
sedangkan untuk panjang tergantung terhadap kebutuhan atau kondisi dari lahan
tersebut. Bedengan yang sudah diolah
dicampur dengan pupuk kandang. Setelah
pemberian pupuk kandang bedengan tersebut diratakan dan dibentuk bedengan.
d. Pembuatan naungan
Pembuatan
naungan pada bedengan pesemaian dimaksudkan agar biji yang sudah ditanam dan
sudah menjadi bibit tetap terjaga kelembabannya, sehingga bibit tersebut tidak
mengalami sinar matahari dan hujan secara langsung yang dapat merusak bibit
tersebut.
Naungan dibuat
menghadap timur barat, untuk bagian timur tiang untuk penyangga atap dibuat
lebih tinggi daripada bagian belakang, hal ini dimaksudkan agar sinar matahari
pagi dapat masuk secara penuh terhadap bibit yang ada dalam bedengan
pesemaian. Untuk tinggi tiang depan bisa
kita gunakan antara 150 – 180 cm, sedangkan untuk tiang yang belakang bisa dipakai
90- 100 cm. Atap untuk pelidung bedengan
pesemaian dapat digunakan dari atap jerami, pelepah pisang, ataupun dari
plastik.
e. Penanaman
Penanaman dapat
dilakukan setelah bedengan pesemaian telah selesai dikerjakan. Sebelum melakukan penanaman, tanah dalam
bedengan harus disiram terlebih dahulu agar tanah tersebut dalam keadaan
lembab, dan mudah dalam penanamannya.
Penanaman
dilakukan dengan cara menanam biji tersebut pada lubang tanam, lubang tanam
tersebut dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran biji. Untuk cara penanaman misalnya biji durian,
biji tersebut harus ditanam pada tanah sekitar ½- ¾ dari besar biji tersebut. Biji tersebut ditanam dengan cara berdiri dan
bagian yang masuk pada tanah adalah bagian yang mempunyai mata biji tersebut.
f. Pemeliharaan
Pemeliharan
pada bedengan pesemaian dilakukan setiap hari agar tanaman tersebut dapat
tumbuh dengan mormal. Pemeliharan yang
dilakukan dalam pesemaian diantaranya adalah sebagai berikut:
-
penyiangan / sanitasi
-
penyiraman
-
pengendalian hama dan penyakit
·
Pesemaian
dalam polybag
Pesemaian untuk menumbuhkan batang bawah dapat dilakukan dalam polybag,
pesemaian yang dilakukan dalam polybag ini sangat mudah dilakukan dan mudah
dalam pemelihraan. Persiapan dan
pengerjaan untuk pesemaian dalam polybag tidak repot dan mudah dalam pengerjaannya.
Yang harus dipersiapkan dalam pesemaian polybag adalah, polybag warna hitam dan media
tumbuh. Polybag yang digunakan berukuran
15 x 20 cm atau 20 x 20 cm. Untuk media
tumbuh kita persiapkan dari tanah, pupuk kandang, dan sekam. Tanah tersebut dicampur dengan pupuk kandang
dan sekam, dengan perbandingan 1 : 1 :
1, atau 2 : 1 : 1. Media tumbuh yang
sudah dicampur tesebut lalu diisikan ke polybag yang telah kita persiapkan dan
polybag tersebut sudah diberi lubang kecil dibagian bawah polybag tersebut,
polybag diisi hingga ¾ bagian dari polybag tersebut, selanjutnya polybag yang
sudah diisi media disimpan pada tempat yang terlindung, atau bisa juga dalam
pesemaian yang tidak diolah dan diberi naungan.
3.
Cara mengokulasi
Batang bawah
yang sudah berumur antara 4-6 bulan untuk tanaman durian sedangkan untuk
tanaman rambutan 8-12 bln sudah dapat dilakukan okulasi, atau umur bibit
tersebut belum mencapai umur tetapi diameter batang bibit sudah sampai ukuran sebesar
pensil, maka bibit tersebut sudah dapat dilakukan okulasi.
Waktu untuk
melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit pohon mudah dikelupas
dari kayunnya. Pada saat ini pembelahan
sel dalam cambium berlangsung secara aktif.
Setiap pohon mempunyai waktu pembelahan yang berbeda, ada yang aktif di
musim kemarau dan ada yang aktif dimusim penghujan, selain itu pengelupasan
kulit dari kayu bisa ditentukan oleh keadaan curah hujan atau pengairan. Pada saat curah hujan tinggi atau pengairan
yang cukup pada umumnya tanaman mudah dilepas kulit kayunya. Lebar irisan 0,5 –
1 cm atau sekitar 1/3 kali lingkar batang dan panjang 2-3 cm.
Secara umum
pekerjaan okulasi ini terdiri atas pengirisan/penyayatan batang bawah, pengambilan
mata tunas (entres), penyisipan mata tunas, pengikatan tempelam, pelepasan
ikatan pada tempelan, serta pemotongan batang bawah.
·
Pengirisan/penyayatan batang bawah,
Pengirisan
batang bawah dapat dilakukan dengan bentuk jendela atau bentuk huruf “U”
terbalik. Pengirisan dilakukan pada
batang tersebut dengan ketinggian ± 20 cm dari atas
permukaan tanah. Kedalaman untuk irisan
kira-kira setebal dari kulit batang tersebut, jika pengirisannya terlalu dalam
maka akan mengakibatkan luka pada bagian kayunya sehingga akan mengakibatkan kegagalan
dalam melakukan okulasi.
Gambar penyayatan batang bawah untuk penempelan mata tunas
·
Pengambilan mata tunas (entres)
Pengambilan
mata tunas dapat dilakukan dengan dua cara.
Kedua cara tersebut yaitu cara pengambilan segi empat dan cara
sayatan. Pengambilan mata tunas dengan
cara segi empat dilakukan dengan menyayat mata tunas tersebut berbentuk segi
empat secara horizontal, dengan jarak 1,5 cm dari mata tunas, tetapi apabila
pengambilan mata tunas dengan cara segi empat sulit, dapat juga dilakukan
pengambilan tunas tersebut dengan cara sayatan, sayatan dilakukan 3 cm dari
mata tunas, penyayatan ini dapat dilakukan dengan kayu yang terdapat pada mata
tunas, tetapi kayu yang ikut tersebut
harus dilepaskan dari mata tunas. Dalam
pengambilan mata tunas diharapkan jangan terkena kambiumnya baik oleh tangan maupun
benda lain, hal ini akan mengakibatkan kambium tersebut rusak dan akan
mengalami kegagalan dalam
Penempelan.
.
Gambar Pengelupasan Mata Tunas
Gambar pengambilan mata tunas
·
Penyisipan mata tunas
Penyisispan mata
tunas dilakukan setelah tunas tersebut terkelupas, penyisipan ini harus
dilakukan dengan hati-hati agar mata tunas tersebut tidak rusak. Mata tunas dimasukan terhadap sayatan yang
telah kita buat pada batang bawah,usahakan mata tunas dan sayatan yang ada pada
batang bawah harus sama, sehingga mata tunas dan sayatan dapat menyatu antara
kambium yang ada pada mata tunas dan batang bawah tersebut, sehingga proses
penyatuan kambium tidak terganggu.
Gambar penyisipan mata tunas
·
Pengikatan
tempelan
Mata tunas yang
sudah menempel kemudian diikat menggunakan tali yang elastis, untuk pengikatan
bisa digunakan plastik yang elastiis dan
halus. Pengikatan dilakukan dari bagian
bawah mata tuanas, hal ini menghindari curahan air yang datang, agar air tersebut tidak mengenai jendela okulasi, apabila ini
terjadi maka perkembangan mata tunas akan mengalami kerusakan. Pengikatan diusahakan tidak merusak mata
tunas dan pengikatan pada bagian tunas jangan terlalu keras.
Gambar pengikatan
·
Pelepasan ikatan pada tempelan
Pelepasan atau
membuka ikatan pada tempelan dilakukan pada umur tunas yang ditempel kurang
lebih dua minggu, ikatan tersebut dibuka untuk mengetahui tunas yang ditempel
tersebut tumbuh atau mati. Warna pada
mata tunas akan tetap berwarna hijau segar maka tunas yang kita tempel
berhasil, sedangkan warnanya coklat dan kering maka tunas tersebut gagal.
·
Pemotongan batang bawah
Pemotongan dapat
dilakukan setelah benar-benar mata tunas tersebut hidup. Pemotongan dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu :
1)
Batang bawah langsung dipotong kurang lebih 1 cm di
atas mata tempel, pemotongan sebaiknya dibentuk miring.
2)
Batang bawah dipotong kurang lebih 10 cm di atas
mata tempelan, sehingga apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat digunakan untuk
mengikat agar tunas tersebut dapat tumbuh dengan tegak lurus. Tunas tempelan sudah mencapai ± 30 batang
bawah sudah bisa dipotong dengan ketinggia kira-kra 1 cm dari mata tempel.
3)
Pemotongan tidak dilakukan sekaligus kedalaman potongan cukup setengah
diameter batang bawah, kemudian dilengkungkan.
Dengan cara melengkungkan batang bawah ini, maka peredaran makanan masih
berlangsung sehingga dapat mempercepat pertumbuhan okulasi. Setelah mata okulasi tumbuh kuat, batang
bawah dipotong seluruhnya.
d. Sambung pucuk (scion
grafting)
Sambung pucuk
merupakan salah satu bagian dari perbanyakan tanaman yang menggunakan secara
sambung (grafting) atau dengan kata lain enten.
Sambung ini salah satu penyambung dengan menggabungkan antara batang
bawah dengan batang atas dari tanaman yang berbeda, dengan demikian terbentuk
tanaman baru.
Penyambungan
dilakukan agar dapat memperoleh tanaman yang lebih banyak dan yang sering
digunakan untuk memperbanyak tersebut dengan cara menggunakan sambung pucuk
(enten). Pengertian dari sambung pucuk
adalah penyatuan pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang bawah, yang
diharapkan akan memperoleh tanaman baru dengan meiliki sifat dari induknya.
Gambar sambung pucuk
e. Susuhan
(grafting by aproach atau
inarching)
Susuhan
adalah cara menyambung tanaman dimana batang bawah dan batang atas masih
berhubungan dengan akarnya masing-masing.
Tingkat
keberhasilan penyusuhan tergolong lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara
sambung pucuk, karena selam proses penyatuan kambium antara batang bawah dan
batang atas, karena kedunya masih berhubungan dengan perakarannya
masing-masing.
Tanda
susuhan yang telah jadi adalah, kulit kedua cabang yang terbalut mengembang,
sehingga memperlihatkan lipatan-lipatan.
Tanda semacam ini akan terlihat jelas biula balutannya ahak tipis.
Cara melakukan
susuan sebagai berikut:
Menyayat batang
bawah dengan kayunya sepanjang 2-3 cm, kira-kira l/3 diameter batang.
Hal yang sama dilakukan untuk cabang batang atasnya yang belum dipotong
dari induk. Keduanya kemudian dilekatkan tepat pada bagian yang disayat. Pada
waktu melekatkan harus diperhatikan agar kambium entres dan batang bawahnya berhimpit. Posisi sususan bisa duduk atau
menggantung.
· Pemotongan
entres dilakukan setelah pertautan berhasil. Biasanya setelah 3-4 bulan. Tandanyada pembengkakan disekitar batang yang
diikat.
·
Agar cabang entres tidak kaget atau
stres sebaiknya pemotongan dari induk dilakukan secara bertahap sebanyak tiga
kali.
·
Selang
waktu pengeratan pertama ke berikutnya adalah seminggu. Pada pengeratan Pertama
setelah terjadi pembengkakan cabang entres dikerat l/3 diameter cabang. Minggu
kedua 2/3 diameter cabang. Minggu ketiga susuan dipotong lepas.
Gambar Teknik Penyusuhan
Gambar hasil susuhan duduk Gambar hasil susuhan gantung
f. Bibit setek
Setek (cutting atau stuk) atau
potongan adalah menumbuhkan bagian atau Potongan tanaman, sehingga menjadi
tanaman baru. Keuntungan bibit dari
setek adalah :
·
Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai
sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran,
warna dan rasanya.
·
Tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat
yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai
akar tunggang.
·
Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan
cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan.
·
Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah,
mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
Kerugian bibit dari setek adalah:
·
Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang,
saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh.
·
Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi
tidak tahan kekeringan.
1. Setek
batang
·
Setek ini diambil dari batang atau cabang pohon
induk yang akan kita perbanyak dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu
pagi hari.
·
Gunting setek yang digunakan harus tajam agar
bekas potongan rapi. Bila kurang tajam batang bisa rusak atau memar. Hal ini
mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memari sehingga bisa membusukkan
pangkal setek.
·
Pada saat mengambil setek batang, pohon induk
harus dalam keadaan sehat dan tidak
sedang bertunas. Yang dijadikan setek biasanya adalah bagian pangkal
dari cabang. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata tunas yang
paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh I cm dari mata tunas yang
paling atas.
·
Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil
sebaiknya berwarna hiiau tua. Dengan demikian seluruh daun dapat melakukan
fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan karbohidrat. Nantinya zat
ini akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara lain di batang. Karbohidrat
pada batang ini penting sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada waktu
pembentukan akar baru.
·
Ukuran besar cabang yang diambil cukup sebesar
kelingking. Diameter sekitar I cm dengan panjang antara l0- l5 cm. Cabang
tersebut memiliki 3-4 mata tunas.
·
Kondisi batang pada saat pengambilan berada
dalam keadaan setengah tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada
saat ini kandungan karbohidrat dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai
untuk menuniang terjadinya perakaran setek.
·
Pada batang yang masih muda, kandungan
karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup
·
tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil setekan
akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal setek yang baik harus tumbuh akar
dulu. Oleh karena itu, jangan heran kalau pada setek yang batangnya muda
gampang terjadi kegagalan.
·
Setek tanaman buah ada yang mudah berakar dan
ada juga yang susah. Untuk tanaman yang mudah berakar sepefti pada angguri setek
bisa langsung disemaikan setelah dipotong dari pohon induknya. Tetapi untuk
tanaman yang susah berakar, sebaiknya sebelum setek disemaikan dilakukan dulu
pengeratan batang. Selain itu, pemberian hormon tumbuh dapat membantu
pertumbuhan akar.
2. Setek akar
Cara penyetekan
ini menggunakan bagian akar sebagai sarana perbanyakan tanaman. Pada setek
batang tunas keluar dari mata tunas. Pada setek akar tunas keluar dari bagian
akar yang mula-mula berbentuk sepeti bintil. Bisa juga dari bekas potongannya
yang mula-mula membentuk kalus. Dari kalus ini berubah menjadi tunas atau
akar. Ada beberapa jenis tanaman buah yang dapat
diperbanyak dengan cara setek akar, antara lain jambu biji, sukun, jeruk dan
kesemek
·
Bahan setek akar harus diambil dengan cara
menggali lubang di sekeliling pokok pohon Induk.Yang dipotong adalah akar
lateral, yakni akar yang tumbuh kearah samping sejajar dengan permukaan tanah.
Pilihlah akar yang berdiameter sekitar l cm.
Setelah akar diambil lubang ditutup kembali.
·
Akar dipotong-potong dengan panjang antara 5- l0
cm. Pada waktu memotong akar ini harus diperhatikan agar bagian akar yang dekat
dengan pohon atau pangkal akar dipotong secara serong. Bagian dekat ujung akar
dipotong secara datar atau lurus. Hal ini diperlukan sebagai tanda agar pada
waktu menyemai posisinya tidak terbalik.
·
Media penyemaian setek akar bisa dari pasir.
Penyemaian bisa dilakukan di dalam kotak kayu atau di bedengan persemaian.
·
Setek disemaikan dengan cara tegak atau berdiri,
bisa juga dengan dibaringkan. Untuk penyemaian posisi tegak jarak yang
digunakan adalah 5 x 5 cm.
Bagian pangkal yang dibenamkan ke dalam media kira-kira 3 cm atau setengah dari
panjang setek
·
Bila penyemaian dengan dibaringkan, maka setek
disusun dalam barisan. Jaraknya 5 cm antar barisan, kemudian setek di tutup
pasir, sehingga setek berada pada kedalaman 1,5- 2 cm di bawah permukaan media.
·
Setelah 3-4 minggu setek akan bertunas dan berakar:Setek
bisa dipindahkan k" polybag setelah lebih kurang 2 bulan. Selanjutnya
disimpan di bawah naungan sampai berumur sekiar 6 bulan.
Perlakuan untuk mempercepat
pertumbuhan akar pada setek
1) Pengeratan (girdling) pada batang
Penimbunan karbohidrat pada cabang pohon induk yang akan dijadikan setek
dapat dilakukan dengan cara pengeratan kulit kayu sekeliling cabang dibuang
secara melingkar. Lebar lingkaran sekitar 2 cm.Jarak dari ujung cabang ke batas
keratan kira – kira 40 cm. Biarkan cabang yang sudah dikerat selama 2-4
minggu. Pada dasar keratan akan tampak
benjolan aau kalus. Pada benjolan inilah terjadi penumpukan karbohidrat yang
berfungsi sebagai sumber tenaga pada saat pembentukan akar dan hormon auksin
yang dibuat di daun. Setelah terlihat benjolan barulah cabang bisa dipotong
dari induknya. Bagian pangkal cabang sepanjang 20 cm bisa dijadikan sebagai
setek
2). Penggunaan hormon tumbuh
Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau
terjadinya akar. Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormon, yaitu auksin
endogen. Akan tetapi banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup memadai untuk
mendorong pembentukan akar. Tambahan auksin dari luar diperlukan untuk memacu
perakaran setek.
Cara celup cepat (quick dip) :
·
Pada cara ini hormon auksin dilarutkan ke dalam
alkohol 50 %. Kemudian ditambahkan air sesuai dengan konsentrasi yang
dibutuhkan. Jenis hormon auksinnya bisa IBA, IAA aau NAA (berbentuk serbuk).
·
Konsentrasi yang digunakan berkisar antara 500-
10.000 ppm, tergantung jenis hormon dan jenis tanamannya.
·
Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh
yang sudah jadi yang banyak dijual di toko pertanian, seperti Atonik atau
Liquinox Start dengan dosis 100-200 cc
per I liter air (l sendok makan = l0 cc).
·
Batang-batang setek yang akan diberi hormon
disatukan. Bisa dengan diikat menggunakan tali plastik atau karet gelang.
Selanjutnya bagian pangkalnya sekiar 2 cm dicelupkan selama 5 detik ke dalam
laruan hormon.
Cara celup ini mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:
·
Peralatan yang digunakan sedikit bila
dibandingkan dengan cara perendaman.
·
Larutan yang sama bisa digunakan
berulang-ulang.Yang penting setelah digunakan, larutan ditutup kembali agar
alkoholnya tidak menguap.
·
Naik tutupnya penyerapan hormon tjdak akan
terjadi pada waktu pencelupan. Dengan demikian, banyaknya hormon per satuan
luas permukaan akan tetap, tidak tergantung keadaan lingkungan.
Cara rendam (prolonged soaking)
·
Mula-mula auksin (berbentuk serbuk) dilarutkan
dalam alcohol 95 % Kemudian ditambahkan air sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
·
Konsentrasi auksin yang digunakan berkisar
antara 5-100 ppm, tergantung jenis tanaman dan jenis auksin yang digunakan.
Umumnya untuk penyetekan tanaman buah digunakan konsentrasi 100 ppm dengan lama
perendaman l-2 jam. Bisa juga dengan konsentrasi 5 pp.,tetapi waktu
perendamannya lama, yaitu 24 jam.
·
Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh
yang sudah jadi yang banyak dijual di toko pertanian, sepertiAtonik atau
Liquinox Start dengan dosis l-2 cc per I liter air (l sendok makan = l0
cc).
·
Jadi perbandingan dosis auksin pada pencelupan
dan perendaman adalah 100 : l.
Cara perendaman sebagai berikut:
·
Batang setek direndam dalam larutan auksin
kira-kira 2 cm dari bagian pangkal.
·
Agar penyerapan auksin berlangsung dengan baik,
lama perendaman disesuaikan dengan konsentrasi larutan.
·
Perendaman dilakukan ditempat yang teduh dan
agak lembab. Hal ini berguna agar penyerapan hormon berjalan teratur, sehingga tidak terjadi kekurangan dalam proses penyerapan hormone tersebut yang
dipengaruh lingkungan.
Cara pemberian dengan tepung (powder).
·
Mula-mula auksin dilarutkan dalam alkohol 95%. Kedalam larutan ini
ditambahkan talek atau tepung sesuai dengan konsentrasi yang digunakan.
·
Konsentrasi berkisar antara 1000-5.000 ppm
tergantung jenis tanaman buah–buahan,
dan jenis auksin yang digunakan. Alkoholnya kemudian diuapkan.
·
Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi pangkal
setek dengan ain kemudian disentuhkan ke dalam tepung. Pangkal setek kemudian
diketuk-ketuk agar auksin yang melekat tidak berlebihan. Setelah itu, setek
dapat disemaikan dalam media.
·
Pada setiap cara diatas konsentrasi dibuat
berdasarkan ppm. Pengertian ppm (part per million) artinya 1 bagian hormon
dalam sejuta bagian pelarut atau tepung. Jadi kalau kita ingin membuat larutan
dengan konsentrasi 1.000 ppm, maka 1.000 mg hormon dilarutkan dalam 1.000.000
mg pelarut, atau 1 gr hormon ke dalam 1 kg pelarut
·
Pembuatan tepung dengan konsentrasi 1.000 ppm
caranya dengan cara melarutkan 1 gr hormon dalam 500- 1.000 cc alkohol 95%.
Setelah diaduk sampai rara, masukkan 1 kg tepung (talc) dan diaduk kembali.
Selanjutnya tepung tersebut dikeringkan sampai seluruh alkoholnya menguap.
·
Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh
auksin yang sudah iadi yang banyak dijual di toko peranian dalam bentuk serbuk
dengan berbagi merek dagang.
3) Persemaian setek
Setek yang sudah
diberi perlakuan hormon penumbuh akar siap untuk disemaikan. Untuk itu kita perlu menyediakan tempat yang
kondisinya sesuai. Usaha untuk
menumbuhkan setek perlu dilakukan pada lingkungan yang mempunyai cahaya baur
atau terpencar
(diffuse light). Kelembaban udara sebaiknya tinggi, sekitar 70-90%, Suhu
mendekati suhu kamar, 25-27°C. Selain itu
dalam pembentukan akar setek diperlukan juga oksigen yang cukup. Oleh karena
itu media yang digunakan harus cukup gembur sehingga aerasinya baik.
Penyemaian dalam kotak kayu
·
Kotak kayu untuk menyemaikan setek bisa dibuat
dari papan dengan ukuran panjang 80-100 cm, lebar 40-50 cm dan tinggi 20-30 cm.
Ukuran kotak bisa lebih besar atau lebih kecil, disesuaikan dengan banyaknya
setek yang akan disemaikan.
·
Untuk praktisnya dapat juga digunakan koak
plastik (box semai) dengan ukuran panjang 35-40 cm, lebar 25-30 cm dan tinggi
l0- l5 cm yang banyak dijual di toko pertanian.
·
Media tumbuh bisa menggunakan pasir. Dapat juga
menggunakan campuran pasir. dengan sekam padi dengan perbandingan 2 : 1
Media ini dimasukkan ke dalam kotak kayu.
Tebal lapisan media antara l0-15 cm.
·
Lakukan penyiraman dengan gembor sehingga
permukaan media turun dan kompak
·
Sebelum setek disemai, terlebih dahulu dibuat
lubang-lubang kecil pada media. Ajir bambu yang dibulatkan bisa dipakai, atau
dapat pula dengan ranting pohon sebesar pensil.
·
jarak
tanam lubang sekitar 5 x 5 cm dan dalamnya sekitar 5-7,5 cm atau setengah dari
panjang setek. Setelah itu baru bagian pangkal setek dimasukkan ke dalam
lubang. Bagian media di sekitar setek ditekan perlahan-lahan agar posisi setek
tidak goyah. Selanjutnya persemaian disiram lagi. Kotak kemudian ditutup dengan
lembar plastik bening atau transparan. Sebaiknya kotak ditaruh pada tempat yang
terlindung dari teriknya sinar matahari.
·
Penyiraman
persemaian perlu dilakukan setiap hari sekali atau tergantung keadaan. Yang penting media persemaian selalu
dalam kondisi basah.
·
Biasanya setelah 2-3 bulan setek sudah mulai tumbuh
Persemaian di bedengan
·
Apabila batang setek yang akan kita semaikan
jumlahnya banyak maka penyemaian bisa dilakukan dalam bedengan. Bedengan dibuat
dengan arah Utara-Selatan agar setek bisa menerima matahari secara baik.
·
Lahan yang akan dibuat bedengan dicangkul
sedalam 25-30 cm (sedalam mata cangkul). Ukuran bedengan dibuat selebar 80-100
cm dengan panjang bedengan disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk menghindari
adanya tanah yang longsor tepi bedengan bisa dihalangi dengan bilah bambu atau
bata merah.
· Bedengan dilengkapi naungan untuk
melindungi bibit dari sengatan matahari yang berlebihan. Naungan
yang bisa terbuat dari daun kelapa, daun alang-alang atau jerami padi. Jika ingin menggunakan naungan dari paranet
gunakanlah paranet tipe 75% (sinar yang masuk ke bedengan sebesar 25%).
·
Tanah
lapisan atas ditaburi pasir setebal lebih kurang 5 cm. Lakukan penyiraman agar media basah. Setelah
itu baang setek bisa ditancapkan. Jarak setek yang disemaikan ialah 5x5 cm. Untuk menjaga agar kelembaban di sekitar setek
menjadi tinggi, bedengan disungkup dengan plastik transparan.
g. Bibit
cangkok
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan
atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang
terbentuknya akar. Pada teknik ini tidak dikenal istilah batang bawah
dan batang atas. Teknik ini relatif
sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena
pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
Keuntungan pembibitan dengan sistem cangkok :
·
Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama
dengan tanaman induknya.
·
Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah
yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan.
Kerugian pembibitan dengan sistem
cangkok:
·
Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan
kering.
·
Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang
karena tidak berakar runggang.
·
Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak
cabang yang dipotong.
·
Dalam satu pohon induk kita hanya bisa
mencangkok beberapa batang saja, sehingga
perbanyakan
tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
Media untuk
mencangkok bisa menggunakan
cocopit atau serbuk sabut
kelapa ataupun cacahan sabut kelapa.
Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk
kandang dengan tanah (l:l). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu. maka
tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk
bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya dilakukan
pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu
dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil
cangkokan pada musim itu juga.
Teknik mencangkok secara konvensional (biasa dilakukan)
·
Pertama-tama kita pilih cabang yang sudah sehat
dan kuat arau sudah berkayu.
·
Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm, tidak lebih
kecil dari ukuran pensil.
·
Sebaiknya warna kulit cabang coklat muda atau
hijau kecoklatan tergantung jenis tanaman buah-buahannya.
·
Cabang kemudian disayat dengan pisau secara
melingkar dan dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3-5 cm atau dua kali diameter
cabang.
· Kemudian
kulitnya dikelupas sehingga bagian kambium yang sepeti lendir tampak jelas. Kambium
ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau sehingga bersih atau
kering.
·
Setelah dikerik pada keratan bagian atas diolesi
ataupun tanpa diolesi dengan hormon
tumbuh.
Sebagai hormon pertumbuhan atau vitamin, contoh Liquinox Start Vitamin B-l, yang
banyak dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air. Kalau kesulitan mencari hormon tumbuh
dapat menggunakan pupuk Urea yang
dicairkan dengan kadar 1 % atau 1 gr/l lt air atau hormon tersebut ditambahkan
pada media cangkok.
·
Siapkan dan atur lembaran plastik (kantong
plastik yang sudah dibuka/dibelah) atau sabut kelapa melingkar menyelubungi
batang di bagian bawah keratan ( | -2
cm). Posisi lembaran plastik menghadap ke arah bawah, kemudian diikat dengan
tali plastik atau rafia. Balik posisi kantong plastik ke arah
berlawanan/keatas, sehingga akan diperoleh ikatan tali plastik di dalam kantong
plastik (ikatan bagian bawah tidak kelihatan dari luar/lebih rapi).
Teknik
mencangkok dengan media dalam kantong plastik tekniknya hampir sama dengan cara
mencangkok yang biasa, bedanya adalah media cangkok itu menggunakan cocopit
(serbuk sabut kelapa) yang tersedia di toko pertanian atau sabut kelapa yang
sudah kita perlakukan sendiri, sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam kantong plastik.
Perlakuan sabut kelapa :
- Sabut kelapa kita kupas atau dipisahkan dengan bagian kulit luarnya yang keras, yang kita gunakan hanya sabut kelapa tanpa kulitnya.
- Sabut kelapa kita rendam dalam air paling lama 1 minggu agar melunak, sehingga mudah dipisah-pisahkan dan hilang kandungan zat yang ada di sabut kelapa tersebut, karena zat tersebut dapat menghambat pembentukan akar tanaman. Untuk pemakaian cocopit tanpa melalui perendaman dalam air (dapat langsung digunakan).
- Sabut kelapa dijemur dan dipisahkan serat-seratnya, maka sabut kelapa tersebut sudah siap digunakan, atau sabut kelapa kita potong-potong lebih kecil.
- Media, serbuk/potongan sabut kelapa kita taruh di wadah.
- Tambahkan hormon pertumbuhan atau vitamin, contoh Liquinox StartVitamin B-l yang banyak dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air. Atau mudahnya 1 sendok makan = 1 tutup kemasan = l0 cc = l0 ml. Kalau kesulitan mencari hormon tumbuh dapat menggunakan pupuk Urea yang dicairkan dengan kadar1 % atau 1 gr/ 1 lt air. Contoh penggunaan media : 2 kg serbuk kelapa kering dicampur dengan lliter air yang sudah dicampur dengan l-3 tetes hormon pertumbuhan, kemudian diratakan hingga diperoleh campuran yang basah.
- Media tadi dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran % kg untuk diameter batang yang kecil dan 1/2 lg untuk diameter batang yang lebih besar (ukuran kantong plastik disesuiakan dengan diameter batang yang akan dicangkok).
- Isikan media dan padatkan sampai % plastik, kemudian tarik ujung kantong plastik dan ditalikan. Dari 2 kg media akan dihasilkan l5-20 medri dalam kantong plastik Media dalam kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan.
- Cara penggunaan media tersebut tinggal menyobek/mengiris memanjang satu sisi kantong plastik dan sisi sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah, bila posisi batang melintang atau datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas, kemudian diselubungkan secara merata ke keratan batang tanaman.
- Dilakukan pengikatan, agar media pada posisi yang benar (letak sobekan menghadap ke atas (bila posisi batang mendatar) dan media rata menyelubungi/menutup keratan/luka di batang tanaman).
Dengan teknik ini diperoleh keuntungan:
- Pencangkokan lebih cepat dan ringkas.
- Jumlah tanaman yang kita cangkok bisa lebih banyak per satuan waktu.
- Kita punya persediaan media dalam kantong plastik yang mudah dibawa kemana-mana dan mudah dipakai sewaktu-waktu.