Minggu, 26 Oktober 2014

Perbanyakan Tan sec. Vegetatifmd buah


BAHAN AJAR
MEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF

PAKET DIKLAT
                              AGRIBISNIS TANAMAN HORTIKULTURA                   
JENJANG DASAR


P1010010
 









OLEH :
TIM DEPARTEMEN HORTIKULTURA


PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK
DAN TENAGA  KEPENDIDIKAN PERTANIAN
CIANJUR
 2010

 
A.        PENDAHULUAN
Bibit merupakan penentu keberhasilan dalam melakukan budidaya tanaman.  Oleh karena itu dalam melakukan budidaya tanaman hendaknya dimulai dari  pemilihan bibit tanaman yang baik, agar dalam perkembangan pertumbuhannya dapat hidup secara normal dan akan berproduksi secara maksimal.  Hal ini dapat kita pahami, karena bibit merupakan salah satu kunci dalam perkembangan proses budidaya selanjutnya.  Selain itu, bibit juga merupakan  pembawa gen yang dapat menentukan sifat dari tanaman induknya.  Dengan demikian, agar memperoleh tanaman yang memiliki sifat dari tanaman induknya, maka kita harus memilih bibit tersebut dari induk yang memiliki sifat tersebut.  Salah satu contoh, apabila kita menginginkan tanaman durian montong yang memiliki sifat buah besar dan manis serta berbiji kecil, maka kita harus mengambil induknya dari durian montong tersebut.
Untuk memperoleh bibit yang baik, hendaknya kita harus mengetahui tentang macam-macam bibit dan ciri-ciri bibit yang baik.  Apabila kita sudah mengetahui tentang macam-macam bibit, maka kita akan mengenali bibit  tersebut, apakah bibit tersebut dari biji, cangkok, okulasi, setek  maupun dari sambungan, dan begitu pula dalam mengenali ciri-ciri bibit yang baik harus benar-benar mengetahui agar tidak terjadi kegagalan dalam melakukan pembudidayaan.
Akan tetapi, dari mulai mengetahui tentang kriteria macam-macam bibit dan  ciri-ciri bibit yang baik, hal  itu merupakan kriteria untuk konsumen yang membutuhkan bibit secara lansung untuk ditanam, namun sebaiknya kita melakukan sendiri dalam penyediaan bibit tanaman yang akan kita budidayakan, sehingga bibit tersebut dapat diketahui sifat-sifat yang dimiliki dari induknya tersebut.
Bibit yang dipersipkan sendiri oleh kita dapat dilakukan melalui perbanyakan secara vegetatif, baik melalui sistim okulasi, cangkok, sambung, maupun  susuhan. 
Mengingat pentingnya peranan bibit dalam proses budidaya tanaman secara keseluruhan, pengetahuan untuk menyiapkan bibit yang baik sangat penting dikuasai.  Dengan berbekal pengetahuan dasar dari modul ini, diharapkan dapat menjadi salah satu penunjang untuk memperlancar dalam penyediaan bibit yang benar-benar berkualitas, baik dalam pertumbuhan maupun dalam produksi.  Karena, bila salah dalam meyiapkan bibit maka akan terjadi kerugian besar dalam usaha tani yang diakibatkan oleh kesalahan dalam memilih bibit.


B.        URAIAN MATERI
1.               Pengertian Bibit
Pengertian bibit dapat diartikan sebagai tanaman kecil (belum dewasa) yang berasal dari  pembiakan generatif (dari biji), vegetatif, kultur jaringan, atau melalui teknologi perbanyakan lainnya.
Pengertian bibit dalam modul ini biasanya diterapkan bagi tanaman buah tahunan.  Pada tanaman buah tahunan dijual dalam bentuk tanaman kecil (bibit).  Lain lagi pada tanaman  sayuran, hias, dan buah semusim yang sering dijual dalam bentuk biji hasil penangkaran yang biasa disebut benih untuk perbanyakan.

2.               Cara Perbanyakan Bibit
Berdasarkan cara perbanyakan, bibit dibagi menjadi dua yaitu bibit generatif dan bibit vegetatif.
Bibit generatif diperoleh dari hasil perbanyakan secara kawin (sexsual).  Bibit generatif dikenal juga dengan bibit yang berasal dari biji.  Karena biji ini telah dibuahi atau sebagai hasil perkawinan antara bunga jantan dan bunga betina, mekanisme perkawinan terjadi pada saat penyerbukan, yaitu kepala putik diserbuki dengan serbuk sari yang berlanjut sampai pembentukan biji.
Bibit vegetatif diperoleh dari pembiakan secara tak kawin (asexsual).  Perbanyakan ini banyak orang melakukannya untuk mendapatkan bibit, karena dengan cara ini bibit akan tetap sama memiliki sifat-sifat yang serupa dengan induknya.  Pada perbanyakan vegetatif akan mendapatkan penggabungan sifat yang baik dari induk tersebut.   Sebagai contoh dalam perbanyakan vegetatif  melalui okulasi atau sambung akan mendapatkan batang bawah  yang memiliki sifat seperti induknya contoh mempunyai perakaran yang baik,  dan untuk batang atasnya akan memiliki sifat dari induknya, contohnya dalam kualitas buah yang baik.

3.          Macam-macam Bibit
Bibit yang kita kenal biasanya  bibit yang biasa diperbanyak melalui bibit dari biji, okulasi, sambung, atau okulasi.




a.          Bibit dari biji
Bibit yang berasal dari biji menupakan bibit yang sudah kita kenal sejak lama.  Cara perbanyakan ini bisa terjadi secara alami. Ketika kita memakan buah dan biji dari buah tersebut kita buang, amak akan tumbuh biji tersebut menjadi tanaman, jika biji tersebut mendapatkan kondisi lingkungan yang mendukung maka, biji tersebut akan tumbuh dengan pertumbuhan yang baik.
Tanaman yang bersal dari biji akan mempunyai perakaran yang baik dan dalam, dan pertumbuhan dari tajuk tanaman tersebut akan seimbang dengan tumbuhnya perakaran.
Bibit yang berasal dari biji akan lebih awal dalam melakukan pertumbuhan vegetatif, hal ini disebabkan pembentukan yang pertama adalah membentuk batang dan tajuk tanaman sehingga pertumbuhan generatif akan lebih lambat.
Tanaman yang berasal dari biji memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.  Kelebihan tersebut diantaranya adalah :
·       Perakarannya yang kuat
·       Tahan terhadap penyakit
·       Mempunyai pertumbuhan batang yang kuat
Kekurangan dari tanaman yang berasal dari biji diantaranya :
·       Sifat yang dimiliki belum tentu sama dengan induknya
·       Umur berbuahnya sangat lambat
Berdasarkan dari sifat yang dimiliki, maka perbanyakan dari biji dapat dijadikan sebagai batang bawah pada okulasi, sambung dan susuhan, karena mengingat bahwa batang bawah harus memiliki pertumbuhan yang kuat dan tahan terhadap penyakit, agar dalam pertumbuhannya nanti mampu melakukan proses pertumbuhan secara normal dan kuat.  Tetapi perbanyakan dari biji masih  banyak dilakukan, mengingat belum ada cara untuk mengembangkan tanaman ini, contohnya pada tanaman pepaya dan tanaman manggis.   Pada tanaman pepaya belum bisa dilakukan melalui perbanyakan vegetatif, begitu juga dengan tanaman manggis, pertumbuhan yang berasal dari biji mempunyai sedikit percabangan dan pertumbuhannya lambat sekali, makanya tanaman yang beasal dari biji cendrung lurus ke atas dan meninggi. 
Bibit dari biji dapat dikenali oleh kita, selain tanaman tersebut lurus dan sedikit percabangan serta tidak ada benjolan bekas okulasi.


b.          Bibit sambung  (detached scion grafting)
Bibit ini hampir sama dengan okulasi, karena bibit yang disambung memerlukan batang bawah yang beasal dari biji.  Prinsip pembuatannya hampir sama dengan cara yang diokulasi.   Kedua jenis bibit ini sering digolongkan ke dalam golongan yang sama sebagai bibit sambungan.  Yang membedakannya, pada bibit okulasi yang disambungkan adalah kumpulan mata tunas, sedangkan pada bibit sambungan adalah kumpulan mata tunas atau batang. 
Kelebihan dan kekurangan pembibitan yang disambung hampir sama dengan cara pembibitan okulasi.
Bibit sambung diperoleh dengan menggabungkan dua batang tanaman yang ditumbuhkan menjadi satu antara batang bawah dan batang atas (tunas).  Cara ini dilakukan sebagai kombinasi antara pembiakan secara generati dan secara vegetatif, karena untuk memperoleh bibit sambungan dapat digunakan batang bawah yang diperoleh dari generatif, dan batang atas dapat diperoleh dari cabang tanaman induk.  Untuk batang bawah yang siap digunakan untuk penyambngan harus memiliki sifat yang baikserta harus memenuhi persyaratan fisik antara lain umur dari 3 – 12 bulan, batang lurus, pertumbuhan subur dan sehat.  Batang atas berasal dari tanaman induk yang memiliki sifat-sifat baik, diantaranya sudah berproduksi dengan baik, pertumbuhan sehat, umur cabang relatif sama dengan batang bawah, cabang lurusdan tidak terserang hama dan penyakit.
Perbanyakan sambungan yang kita kenal terdapat tiga golongan besar sambungan yaitu :
·       Okulasi (budding)
·       Sambung pucuk (scion grafting)
·       Penyusuhan (grafting by aproach atau marching)

c.           Okulasi (budding)
Bibit yang dipersiapkan dari okulasi atau tempelan merupakan perbanykan tanaman yang paling baik, karena okulasi menggunakan batang bawah sebagai penopang tanaman, dan batang bawah tersebut mempunyai perakaran yang baik, sehingga untuk mendapatkan makanan dari bawah dan menyuplainya ke atas melalui akar tersebut, dengan demikian tunas yang menempel pada batang tetap terjaga pertumbuhannya.
Bibit yang dihasilkan  dari okulasi mempunyai kelebihan sebagai berikut :
·  Dapat mewarisi baik dari induk entres (tunas yang ditempel) karena induk yang dipilih memiliki sifat baik,
·       Perakaran biji cukup kuat karena batang bawahnya berasal dari biji,
·       Dapat mewarisi sifat baik dari batang bawah karena batang bawah dipilih dari yang memiliki sifat-sifat baik,
·  Lebih cepat berbuah.
Kelemahan dari okulasi tertama dalam masalah teknis pengerjaannya, karena pengerjaannya tersebut harus memerlukan keterampilan teknis yang baik melalui pengalaman dan latihan.  Selain itu ada beberapa jenis tanaman yang belum dapat dikembangkan oleh perbanyakan melalui okulasi.
Persiapan unruk melakukan perbanyakan secara okulasi ini dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana, seperti persiapan batang bawah, pembuatan persemaiaan untuk batang bawah, cara mengokulasi, dan pemeliharaan hasil okulasi.

1.          Persiapan batang bawah
Batang bawah dipersiapkan dari biji yang sudah dipilih, biji tersebut harus dari tanaman yang mempunyai sifat baik, karena hal ini dapat membantu tunas tempelan mendapatkan sifat yang baik dari batang bawah maupun dari  batang atas. 

Adapun kriteria untuk batang bawah sebagai berikut :
·            Merupakan hasil semai biji / setek yang bersifat vegetatif.
·            Kompatible terhadap batang atas
·            Tahan terhadap serangan hamadan penyakit
·            Tahan terhadap perubahan iklim (kering / genangan air)
·            Memiliki sistem perakaran yang kuat
·            Dapat menunjang pertumbuhan batang atas dengan baik.
·            Tidak menyebabkan perubahan rasa pada buah yang dihasilkan batang atas.
Setelah kita persiapakan  biji untuk batang bawah, selanjutnya kita persiapkan pesemaian untuk batang bawah.
           
2.     Pembuatan pesemaian batang bawah
Pesemaian yang dipersiapkan untuk batang bawah dapat disiapakan  dengan dua cara, cara pertama dengan pesemaian secara terbuka di lapangan, dan cara yang kedua dapat dilakukan dengan pesemaian dalam polybag.
·            Pesemaian di lapangan
Pesemaian di lapangan merupakan persiapan yang digunakan untuk pertumbuhan biji yang akan dijadikan sebagai batang bawah. 

a.   Pembuatan bedengan di lapangan







Gambar pembentukan bedengan




b.  Penentuan lokasi bedengan pesemaian
Langkah awal untuk pembuatan bedengan adalah peimilihan lokasi, lokasi yang akan dipersipkan untuk dijadikan tempat pesemaian harus memenuhi syarat.  Syarat tersebut diantaranya sebagai berikut:
·       harus dekat dengan sumber air
·       dekat dengan areal penanama,
·       dapat diawasi
·       menerima sinar matahari penuh
·        dekat dengan saran transportasi

c.  Pembuatan bedengan
Apabila kriteria tersebut sudah memadai, selanjutnya dilakukan pengolahan lahan untuk pesemaian tersebut.  Tanah terlebih dahulu diolah dengan menggunakan cangkul agar tanah tersebut menjadi gembur.  Pengolahan ini dilakukan dengan cara membalikan tanah lapisan atas dibalik menjadi dibawah, hal ini dimaksudkan agar tanah tersebut ada keseimbangan dalam unsur hara.  Bedengan dibuat dengan ukuran 120 cm lebar sedangkan untuk panjang tergantung terhadap kebutuhan atau kondisi dari lahan tersebut.  Bedengan yang sudah diolah dicampur dengan pupuk kandang.  Setelah pemberian pupuk kandang bedengan tersebut diratakan dan dibentuk bedengan.

d.  Pembuatan naungan
Pembuatan naungan pada bedengan pesemaian dimaksudkan agar biji yang sudah ditanam dan sudah menjadi bibit tetap terjaga kelembabannya, sehingga bibit tersebut tidak mengalami sinar matahari dan hujan secara langsung yang dapat merusak bibit tersebut.
Naungan dibuat menghadap timur barat, untuk bagian timur tiang untuk penyangga atap dibuat lebih tinggi daripada bagian belakang, hal ini dimaksudkan agar sinar matahari pagi dapat masuk secara penuh terhadap bibit yang ada dalam bedengan pesemaian.  Untuk tinggi tiang depan bisa kita gunakan antara 150 – 180 cm, sedangkan untuk tiang yang belakang bisa dipakai 90- 100 cm.  Atap untuk pelidung bedengan pesemaian dapat digunakan dari atap jerami, pelepah pisang, ataupun dari plastik.

e. Penanaman
Penanaman dapat dilakukan setelah bedengan pesemaian telah selesai dikerjakan.  Sebelum melakukan penanaman, tanah dalam bedengan harus disiram terlebih dahulu agar tanah tersebut dalam keadaan lembab, dan mudah dalam penanamannya.
Penanaman dilakukan dengan cara menanam biji tersebut pada lubang tanam, lubang tanam tersebut dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran biji.  Untuk cara penanaman misalnya biji durian, biji tersebut harus ditanam pada tanah sekitar ½- ¾  dari besar biji tersebut.  Biji tersebut ditanam dengan cara berdiri dan bagian yang masuk pada tanah adalah bagian yang mempunyai mata biji tersebut.

f. Pemeliharaan
Pemeliharan pada bedengan pesemaian dilakukan setiap hari agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan mormal.  Pemeliharan yang dilakukan dalam pesemaian diantaranya adalah sebagai berikut:
-        penyiangan / sanitasi
-        penyiraman
-        pengendalian hama dan penyakit

·       Pesemaian dalam polybag
Pesemaian untuk menumbuhkan batang bawah dapat dilakukan dalam polybag, pesemaian yang dilakukan dalam polybag ini sangat mudah dilakukan dan mudah dalam pemelihraan.  Persiapan dan pengerjaan untuk pesemaian dalam polybag tidak repot dan mudah dalam pengerjaannya.
Yang harus dipersiapkan dalam pesemaian polybag  adalah, polybag warna hitam dan media tumbuh.  Polybag yang digunakan berukuran 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm.  Untuk media tumbuh kita persiapkan dari tanah, pupuk kandang, dan sekam.  Tanah tersebut dicampur dengan pupuk kandang dan sekam,  dengan perbandingan 1 : 1 : 1, atau 2 : 1 : 1.  Media tumbuh yang sudah dicampur tesebut lalu diisikan ke polybag yang telah kita persiapkan dan polybag tersebut sudah diberi lubang kecil dibagian bawah polybag tersebut, polybag diisi hingga ¾ bagian dari polybag tersebut, selanjutnya polybag yang sudah diisi media disimpan pada tempat yang terlindung, atau bisa juga dalam pesemaian yang tidak diolah dan diberi naungan.

3.     Cara mengokulasi
Batang bawah yang sudah berumur antara 4-6 bulan untuk tanaman durian sedangkan untuk tanaman rambutan 8-12 bln sudah dapat dilakukan okulasi, atau umur bibit tersebut belum mencapai umur tetapi diameter batang bibit sudah sampai ukuran sebesar pensil, maka bibit tersebut sudah dapat dilakukan okulasi.
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit pohon mudah dikelupas dari kayunnya.  Pada saat ini pembelahan sel dalam cambium berlangsung secara aktif.  Setiap pohon mempunyai waktu pembelahan yang berbeda, ada yang aktif di musim kemarau dan ada yang aktif dimusim penghujan, selain itu pengelupasan kulit dari kayu bisa ditentukan oleh keadaan curah hujan atau pengairan.  Pada saat curah hujan tinggi atau pengairan yang cukup pada umumnya tanaman mudah dilepas kulit kayunya. Lebar irisan 0,5 – 1 cm atau sekitar 1/3 kali lingkar batang dan panjang 2-3 cm.
Secara umum pekerjaan okulasi ini terdiri atas pengirisan/penyayatan batang bawah,   pengambilan mata tunas (entres), penyisipan mata tunas, pengikatan tempelam, pelepasan ikatan pada tempelan, serta pemotongan batang bawah.

·       Pengirisan/penyayatan batang bawah,
Pengirisan batang bawah dapat dilakukan dengan bentuk jendela atau bentuk huruf “U” terbalik.  Pengirisan dilakukan pada batang tersebut dengan ketinggian ± 20 cm dari atas permukaan tanah.  Kedalaman untuk irisan kira-kira setebal dari kulit batang tersebut, jika pengirisannya terlalu dalam maka akan mengakibatkan luka pada bagian kayunya sehingga akan mengakibatkan kegagalan dalam melakukan okulasi.
Gambar penyayatan batang bawah untuk penempelan mata tunas

·            Pengambilan mata tunas (entres)
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan dua cara.  Kedua cara tersebut yaitu cara pengambilan segi empat dan cara sayatan.  Pengambilan mata tunas dengan cara segi empat dilakukan dengan menyayat mata tunas tersebut berbentuk segi empat secara horizontal, dengan jarak 1,5 cm dari mata tunas, tetapi apabila pengambilan mata tunas dengan cara segi empat sulit, dapat juga dilakukan pengambilan tunas tersebut dengan cara sayatan, sayatan dilakukan 3 cm dari mata tunas, penyayatan ini dapat dilakukan dengan kayu yang terdapat pada mata tunas,  tetapi kayu yang ikut tersebut harus dilepaskan dari mata tunas.  Dalam pengambilan mata tunas diharapkan jangan terkena kambiumnya baik oleh tangan maupun benda lain, hal ini akan mengakibatkan kambium tersebut rusak dan akan mengalami kegagalan dalam
Penempelan.

.          
Gambar Pengelupasan Mata Tunas
  
Gambar pengambilan mata tunas

·            Penyisipan mata tunas
Penyisispan mata tunas dilakukan setelah tunas tersebut terkelupas, penyisipan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar mata tunas tersebut tidak rusak.  Mata tunas dimasukan terhadap sayatan yang telah kita buat pada batang bawah,usahakan mata tunas dan sayatan yang ada pada batang bawah harus sama, sehingga mata tunas dan sayatan dapat menyatu antara kambium yang ada pada mata tunas dan batang bawah tersebut, sehingga proses penyatuan kambium tidak terganggu. 
   








Gambar penyisipan mata tunas

·            Pengikatan tempelan
Mata tunas yang sudah menempel kemudian diikat menggunakan tali yang elastis, untuk pengikatan bisa  digunakan plastik yang elastiis dan halus.   Pengikatan dilakukan dari bagian bawah mata tuanas, hal ini menghindari curahan air yang datang,  agar air tersebut  tidak mengenai jendela okulasi, apabila ini terjadi maka perkembangan mata tunas akan mengalami kerusakan.  Pengikatan diusahakan tidak merusak mata tunas dan pengikatan pada bagian tunas jangan terlalu keras.
Gambar pengikatan

·            Pelepasan ikatan pada tempelan
Pelepasan atau membuka ikatan pada tempelan dilakukan pada umur tunas yang ditempel kurang lebih dua minggu, ikatan tersebut dibuka untuk mengetahui tunas yang ditempel tersebut tumbuh atau mati.  Warna pada mata tunas akan tetap berwarna hijau segar maka tunas yang kita tempel berhasil, sedangkan warnanya coklat dan kering maka tunas tersebut gagal.

·            Pemotongan batang bawah
Pemotongan dapat dilakukan setelah benar-benar mata tunas tersebut hidup.  Pemotongan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1)          Batang bawah langsung dipotong kurang lebih 1 cm di atas mata tempel, pemotongan sebaiknya dibentuk miring.
2)          Batang bawah dipotong kurang lebih 10 cm di atas mata tempelan, sehingga apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat digunakan untuk mengikat agar tunas tersebut dapat tumbuh dengan tegak lurus.   Tunas tempelan sudah mencapai ± 30 batang bawah sudah bisa dipotong dengan ketinggia kira-kra 1 cm dari mata tempel.
3)          Pemotongan tidak dilakukan  sekaligus kedalaman potongan cukup setengah diameter batang bawah, kemudian dilengkungkan.  Dengan cara melengkungkan batang bawah ini, maka peredaran makanan masih berlangsung sehingga dapat mempercepat pertumbuhan okulasi.  Setelah mata okulasi tumbuh kuat, batang bawah dipotong seluruhnya.

d. Sambung  pucuk (scion grafting)
Sambung pucuk merupakan salah satu bagian dari perbanyakan tanaman yang menggunakan secara sambung (grafting) atau dengan kata lain enten.  Sambung ini salah satu penyambung dengan menggabungkan antara batang bawah dengan batang atas dari tanaman yang berbeda, dengan demikian terbentuk tanaman baru.
Penyambungan dilakukan agar dapat memperoleh tanaman yang lebih banyak dan yang sering digunakan untuk memperbanyak tersebut dengan cara menggunakan sambung pucuk (enten).  Pengertian dari sambung pucuk adalah penyatuan pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang bawah, yang diharapkan akan memperoleh tanaman baru dengan meiliki sifat dari induknya.     
Gambar sambung pucuk

e. Susuhan (grafting by aproach atau inarching)
Susuhan adalah cara menyambung tanaman dimana batang bawah dan batang atas masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.
Tingkat keberhasilan penyusuhan tergolong lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara sambung pucuk, karena selam proses penyatuan kambium antara batang bawah dan batang atas, karena kedunya masih berhubungan dengan perakarannya masing-masing.
Tanda susuhan yang telah jadi adalah, kulit kedua cabang yang terbalut mengembang, sehingga memperlihatkan lipatan-lipatan.  Tanda semacam ini akan terlihat jelas biula balutannya ahak tipis.
Cara melakukan susuan sebagai berikut:
Menyayat batang bawah dengan kayunya sepanjang 2-3 cm, kira-kira l/3 diameter batang.
Hal yang sama dilakukan untuk cabang batang atasnya yang belum dipotong dari induk. Keduanya kemudian dilekatkan tepat pada bagian yang disayat. Pada waktu melekatkan harus diperhatikan agar kambium entres dan batang bawahnya berhimpit.  Posisi sususan bisa duduk atau menggantung.
·        Pemotongan entres dilakukan setelah pertautan berhasil. Biasanya setelah 3-4 bulan.  Tandanyada pembengkakan disekitar batang yang diikat.
·        Agar cabang entres tidak kaget atau stres sebaiknya pemotongan dari induk dilakukan secara bertahap sebanyak tiga kali.
·        Selang waktu pengeratan pertama ke berikutnya adalah seminggu. Pada pengeratan Pertama setelah terjadi pembengkakan cabang entres dikerat l/3 diameter cabang. Minggu kedua 2/3 diameter cabang. Minggu ketiga susuan dipotong lepas.

Gambar Teknik Penyusuhan



 












                Gambar hasil susuhan duduk                          Gambar hasil susuhan gantung    
f. Bibit setek
Setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau Potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.  Keuntungan bibit dari setek adalah :
·       Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya.
·       Tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang.
·       Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan.
·       Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.

Kerugian bibit dari setek adalah:
·       Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh.
·       Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan.

1. Setek batang
·       Setek ini diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan kita perbanyak dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. 
·       Gunting setek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi. Bila kurang tajam batang bisa rusak atau memar. Hal ini mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memari sehingga bisa membusukkan pangkal setek.
·       Pada saat mengambil setek batang, pohon induk harus dalam keadaan sehat dan tidak  sedang bertunas. Yang dijadikan setek biasanya adalah bagian pangkal dari cabang. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh I cm dari mata tunas yang paling atas.
·       Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hiiau tua. Dengan demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan karbohidrat. Nantinya zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara lain di batang. Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru.
·       Ukuran besar cabang yang diambil cukup sebesar kelingking. Diameter sekitar I cm dengan panjang antara l0- l5 cm. Cabang tersebut memiliki 3-4 mata tunas.
·       Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada saat ini kandungan karbohidrat dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai untuk menuniang terjadinya perakaran setek.
·       Pada batang yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup
·       tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil setekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal setek yang baik harus tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, jangan heran kalau pada setek yang batangnya muda gampang terjadi kegagalan.
·       Setek tanaman buah ada yang mudah berakar dan ada juga yang susah. Untuk tanaman yang mudah berakar sepefti pada angguri setek bisa langsung disemaikan setelah dipotong dari pohon induknya. Tetapi untuk tanaman yang susah berakar, sebaiknya sebelum setek disemaikan dilakukan dulu pengeratan batang. Selain itu, pemberian hormon tumbuh dapat membantu pertumbuhan akar.

2. Setek akar
Cara penyetekan ini menggunakan bagian akar sebagai sarana perbanyakan tanaman. Pada setek batang tunas keluar dari mata tunas. Pada setek akar tunas keluar dari bagian akar yang mula-mula berbentuk sepeti bintil. Bisa juga dari bekas potongannya yang mula-mula membentuk kalus. Dari kalus ini berubah menjadi tunas atau akar.  Ada beberapa jenis tanaman buah yang dapat diperbanyak dengan cara setek akar, antara lain jambu biji, sukun, jeruk dan kesemek
·       Bahan setek akar harus diambil dengan cara menggali lubang di sekeliling pokok pohon Induk.Yang dipotong adalah akar lateral, yakni akar yang tumbuh kearah samping sejajar dengan permukaan tanah. Pilihlah akar yang berdiameter sekitar l cm.  Setelah akar diambil lubang ditutup kembali.
·       Akar dipotong-potong dengan panjang antara 5- l0 cm. Pada waktu memotong akar ini harus diperhatikan agar bagian akar yang dekat dengan pohon atau pangkal akar dipotong secara serong. Bagian dekat ujung akar dipotong secara datar atau lurus. Hal ini diperlukan sebagai tanda agar pada waktu menyemai posisinya tidak terbalik.
·       Media penyemaian setek akar bisa dari pasir. Penyemaian bisa dilakukan di dalam kotak kayu atau di bedengan persemaian.
·       Setek disemaikan dengan cara tegak atau berdiri, bisa juga dengan dibaringkan. Untuk penyemaian posisi tegak jarak yang digunakan adalah          5 x 5 cm. Bagian pangkal yang dibenamkan ke dalam media kira-kira 3 cm atau setengah dari panjang setek
·       Bila penyemaian dengan dibaringkan, maka setek disusun dalam barisan. Jaraknya 5 cm antar barisan, kemudian setek di tutup pasir, sehingga setek berada pada kedalaman 1,5- 2 cm di bawah permukaan media.
·       Setelah 3-4 minggu setek akan bertunas dan berakar:Setek bisa dipindahkan k" polybag setelah lebih kurang 2 bulan. Selanjutnya disimpan di bawah naungan sampai berumur sekiar 6 bulan.

Perlakuan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada setek
1)   Pengeratan (girdling) pada batang
Penimbunan karbohidrat pada cabang pohon induk yang akan dijadikan setek dapat dilakukan dengan cara pengeratan kulit kayu sekeliling cabang dibuang secara melingkar. Lebar lingkaran sekitar 2 cm.Jarak dari ujung cabang ke batas keratan kira – kira 40 cm. Biarkan cabang yang sudah dikerat selama 2-4 minggu.  Pada dasar keratan akan tampak benjolan aau kalus. Pada benjolan inilah terjadi penumpukan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber tenaga pada saat pembentukan akar dan hormon auksin yang dibuat di daun. Setelah terlihat benjolan barulah cabang bisa dipotong dari induknya. Bagian pangkal cabang sepanjang 20 cm bisa dijadikan sebagai setek

2). Penggunaan hormon tumbuh
Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya akar. Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormon, yaitu auksin endogen. Akan tetapi banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup memadai untuk mendorong pembentukan akar. Tambahan auksin dari luar diperlukan untuk memacu perakaran setek.
Cara celup cepat (quick dip) :
·       Pada cara ini hormon auksin dilarutkan ke dalam alkohol 50 %. Kemudian ditambahkan air sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan. Jenis hormon auksinnya bisa IBA, IAA aau NAA (berbentuk serbuk).
·       Konsentrasi yang digunakan berkisar antara 500- 10.000 ppm, tergantung jenis hormon dan jenis tanamannya.
·       Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh yang sudah jadi yang banyak dijual di toko pertanian, seperti Atonik atau Liquinox Start  dengan dosis 100-200 cc per I liter air (l sendok makan = l0 cc).
·       Batang-batang setek yang akan diberi hormon disatukan. Bisa dengan diikat menggunakan tali plastik atau karet gelang. Selanjutnya bagian pangkalnya sekiar 2 cm dicelupkan selama 5 detik ke dalam laruan hormon.

Cara celup ini mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:
·       Peralatan yang digunakan sedikit bila dibandingkan dengan cara perendaman.
·       Larutan yang sama bisa digunakan berulang-ulang.Yang penting setelah digunakan, larutan ditutup kembali agar alkoholnya tidak menguap.
·       Naik tutupnya penyerapan hormon tjdak akan terjadi pada waktu pencelupan. Dengan demikian, banyaknya hormon per satuan luas permukaan akan tetap, tidak tergantung keadaan lingkungan.

Cara rendam (prolonged soaking)
·       Mula-mula auksin (berbentuk serbuk) dilarutkan dalam alcohol 95 % Kemudian ditambahkan air sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
·       Konsentrasi auksin yang digunakan berkisar antara 5-100 ppm, tergantung jenis tanaman dan jenis auksin yang digunakan. Umumnya untuk penyetekan tanaman buah digunakan konsentrasi 100 ppm dengan lama perendaman l-2 jam. Bisa juga dengan konsentrasi 5 pp.,tetapi waktu perendamannya lama, yaitu 24 jam.
·       Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh yang sudah jadi yang banyak dijual di toko pertanian, sepertiAtonik atau Liquinox Start dengan dosis l-2 cc per I liter air (l sendok makan = l0 cc). 
·       Jadi perbandingan dosis auksin pada pencelupan dan perendaman adalah      100 : l.

Cara perendaman sebagai berikut:
·       Batang setek direndam dalam larutan auksin kira-kira 2 cm dari bagian pangkal.
·       Agar penyerapan auksin berlangsung dengan baik, lama perendaman disesuaikan dengan konsentrasi larutan.
·       Perendaman dilakukan ditempat yang teduh dan agak lembab. Hal ini berguna agar penyerapan hormon berjalan teratur, sehingga  tidak terjadi kekurangan  dalam proses penyerapan hormone tersebut yang dipengaruh lingkungan.


Cara pemberian dengan tepung (powder).
·       Mula-mula auksin dilarutkan dalam alkohol 95%. Kedalam larutan ini ditambahkan talek atau tepung sesuai dengan konsentrasi yang digunakan.
·       Konsentrasi berkisar antara 1000-5.000 ppm tergantung jenis tanaman  buah–buahan, dan jenis auksin yang digunakan. Alkoholnya kemudian diuapkan.
·       Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi pangkal setek dengan ain kemudian disentuhkan ke dalam tepung. Pangkal setek kemudian diketuk-ketuk agar auksin yang melekat tidak berlebihan. Setelah itu, setek dapat disemaikan dalam media.
·       Pada setiap cara diatas konsentrasi dibuat berdasarkan ppm. Pengertian ppm (part per million) artinya 1 bagian hormon dalam sejuta bagian pelarut atau tepung. Jadi kalau kita ingin membuat larutan dengan konsentrasi 1.000 ppm, maka 1.000 mg hormon dilarutkan dalam 1.000.000 mg pelarut, atau 1 gr hormon ke dalam 1 kg pelarut
·       Pembuatan tepung dengan konsentrasi 1.000 ppm caranya dengan cara melarutkan 1 gr hormon dalam 500- 1.000 cc alkohol 95%. Setelah diaduk sampai rara, masukkan 1 kg tepung (talc) dan diaduk kembali. Selanjutnya tepung tersebut dikeringkan sampai seluruh alkoholnya menguap.
·       Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh auksin yang sudah iadi yang banyak dijual di toko peranian dalam bentuk serbuk dengan berbagi merek dagang.

3) Persemaian setek
Setek yang sudah diberi perlakuan hormon penumbuh akar siap untuk disemaikan.  Untuk itu kita perlu menyediakan tempat yang kondisinya sesuai.  Usaha untuk menumbuhkan setek perlu dilakukan pada lingkungan yang mempunyai cahaya baur
atau terpencar (diffuse light). Kelembaban udara sebaiknya tinggi, sekitar 70-90%, Suhu mendekati suhu kamar, 25-27°C.  Selain itu dalam pembentukan akar setek diperlukan juga oksigen yang cukup. Oleh karena itu media yang digunakan harus cukup gembur sehingga aerasinya baik. 
Penyemaian dalam kotak kayu
·       Kotak kayu untuk menyemaikan setek bisa dibuat dari papan dengan ukuran panjang 80-100 cm, lebar 40-50 cm dan tinggi 20-30 cm. Ukuran kotak bisa lebih besar atau lebih kecil, disesuaikan dengan banyaknya setek yang akan disemaikan.
·       Untuk praktisnya dapat juga digunakan koak plastik (box semai) dengan ukuran panjang 35-40 cm, lebar 25-30 cm dan tinggi l0- l5 cm yang banyak dijual di toko pertanian.
·       Media tumbuh bisa menggunakan pasir. Dapat juga menggunakan campuran pasir.  dengan sekam padi dengan perbandingan 2 : 1 Media ini dimasukkan ke dalam kotak kayu.  Tebal lapisan media antara l0-15 cm.
·       Lakukan penyiraman dengan gembor sehingga permukaan media turun dan kompak
·       Sebelum setek disemai, terlebih dahulu dibuat lubang-lubang kecil pada media. Ajir bambu yang dibulatkan bisa dipakai, atau dapat pula dengan ranting pohon sebesar pensil.
·       jarak tanam lubang sekitar 5 x 5 cm dan dalamnya sekitar 5-7,5 cm atau setengah dari panjang setek. Setelah itu baru bagian pangkal setek dimasukkan ke dalam lubang. Bagian media di sekitar setek ditekan perlahan-lahan agar posisi setek tidak goyah. Selanjutnya persemaian disiram lagi. Kotak kemudian ditutup dengan lembar plastik bening atau transparan. Sebaiknya kotak ditaruh pada tempat yang terlindung dari teriknya sinar matahari. 
·       Penyiraman persemaian perlu dilakukan setiap hari sekali atau tergantung keadaan.  Yang penting media persemaian selalu dalam kondisi basah.
·       Biasanya setelah 2-3 bulan setek sudah mulai tumbuh

Persemaian di bedengan
·       Apabila batang setek yang akan kita semaikan jumlahnya banyak maka penyemaian bisa dilakukan dalam bedengan. Bedengan dibuat dengan arah Utara-Selatan agar setek bisa menerima matahari secara baik. 
·       Lahan yang akan dibuat bedengan dicangkul sedalam 25-30 cm (sedalam mata cangkul). Ukuran bedengan dibuat selebar 80-100 cm dengan panjang bedengan disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk menghindari adanya tanah yang longsor tepi bedengan bisa dihalangi dengan bilah bambu atau bata merah.
·       Bedengan dilengkapi naungan untuk melindungi bibit dari sengatan matahari yang berlebihan.    Naungan yang bisa terbuat dari daun kelapa, daun alang-alang atau jerami padi.   Jika ingin menggunakan naungan dari paranet gunakanlah paranet tipe 75% (sinar yang masuk ke bedengan sebesar 25%).
·       Tanah lapisan atas ditaburi pasir setebal lebih kurang 5 cm.   Lakukan penyiraman agar media basah. Setelah itu baang setek bisa ditancapkan. Jarak setek yang disemaikan ialah 5x5 cm.  Untuk menjaga agar kelembaban di sekitar setek menjadi tinggi, bedengan disungkup dengan plastik transparan.


 










g.  Bibit cangkok
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar.  Pada teknik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas.  Teknik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
Keuntungan pembibitan dengan sistem cangkok :
·       Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.
·       Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan.
Kerugian pembibitan dengan sistem cangkok:
·       Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
·       Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar runggang.
·       Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.
·       Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga
perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.

Media  untuk  mencangkok  bisa  menggunakan  cocopit atau  serbuk  sabut  kelapa ataupun cacahan sabut kelapa.  Dapat  pula  digunakan campuran  kompos/pupuk  kandang  dengan tanah (l:l).  Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu. maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga.

Teknik mencangkok secara konvensional (biasa dilakukan)
·       Pertama-tama kita pilih cabang yang sudah sehat dan kuat arau sudah berkayu.
·       Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm, tidak lebih kecil dari ukuran pensil.
·       Sebaiknya warna kulit cabang coklat muda atau hijau kecoklatan tergantung jenis tanaman buah-buahannya.
·       Cabang kemudian disayat dengan pisau secara melingkar dan dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3-5 cm atau dua kali diameter cabang.
·       Kemudian kulitnya dikelupas sehingga bagian kambium yang sepeti lendir tampak jelas.  Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau sehingga bersih atau kering.
·       Setelah dikerik pada keratan bagian atas diolesi ataupun tanpa diolesi dengan hormon
tumbuh. Sebagai hormon pertumbuhan atau vitamin, contoh Liquinox Start Vitamin B-l, yang banyak dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1  liter air. Kalau kesulitan mencari hormon tumbuh dapat menggunakan pupuk Urea   yang dicairkan dengan kadar 1 % atau 1 gr/l lt air atau hormon tersebut ditambahkan pada media cangkok.
·       Siapkan dan atur lembaran plastik (kantong plastik yang sudah dibuka/dibelah) atau sabut kelapa melingkar menyelubungi batang di bagian bawah   keratan ( | -2 cm). Posisi lembaran plastik menghadap ke arah bawah, kemudian diikat dengan tali plastik atau rafia. Balik posisi kantong plastik ke arah berlawanan/keatas, sehingga akan diperoleh ikatan tali plastik di dalam kantong plastik (ikatan bagian bawah tidak kelihatan dari luar/lebih rapi).

Teknik mencangkok dengan media dalam kantong plastik tekniknya hampir sama dengan cara mencangkok yang biasa, bedanya adalah media cangkok itu menggunakan cocopit (serbuk sabut kelapa) yang tersedia di toko pertanian atau sabut kelapa yang sudah kita perlakukan sendiri, sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Perlakuan sabut kelapa :
  • Sabut kelapa kita kupas atau dipisahkan dengan bagian kulit luarnya yang keras, yang kita gunakan hanya sabut kelapa tanpa kulitnya.
  • Sabut kelapa kita rendam dalam air paling lama 1 minggu agar melunak, sehingga mudah dipisah-pisahkan dan hilang kandungan zat yang ada di sabut kelapa tersebut, karena zat tersebut dapat menghambat pembentukan akar tanaman.   Untuk pemakaian cocopit tanpa melalui perendaman dalam air (dapat langsung digunakan).
  • Sabut kelapa dijemur dan dipisahkan serat-seratnya, maka sabut kelapa tersebut sudah siap digunakan, atau sabut kelapa kita potong-potong lebih kecil.
  • Media, serbuk/potongan sabut kelapa kita taruh di wadah.
  • Tambahkan hormon pertumbuhan atau vitamin, contoh Liquinox StartVitamin B-l yang banyak dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air. Atau mudahnya 1 sendok makan = 1 tutup kemasan = l0 cc = l0 ml. Kalau kesulitan mencari hormon tumbuh dapat menggunakan pupuk Urea yang dicairkan dengan kadar1 % atau 1 gr/ 1 lt air.  Contoh penggunaan media : 2 kg serbuk kelapa kering dicampur dengan lliter air yang sudah dicampur dengan l-3 tetes hormon pertumbuhan, kemudian diratakan hingga diperoleh campuran yang basah.
  • Media tadi dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran % kg untuk diameter batang yang kecil dan 1/2 lg untuk diameter batang yang lebih besar (ukuran kantong plastik disesuiakan dengan diameter batang yang akan dicangkok).


 






  • Isikan  media dan padatkan sampai % plastik, kemudian tarik ujung kantong plastik dan ditalikan. Dari 2 kg media akan dihasilkan l5-20 medri dalam kantong plastik Media dalam kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan.
  • Cara penggunaan media tersebut tinggal menyobek/mengiris memanjang satu sisi kantong plastik dan sisi sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah, bila posisi batang melintang atau datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas, kemudian diselubungkan secara merata ke keratan batang tanaman.
  • Dilakukan pengikatan, agar media pada posisi yang benar (letak sobekan menghadap ke atas (bila posisi batang mendatar) dan media rata  menyelubungi/menutup keratan/luka di batang tanaman).

Dengan teknik ini diperoleh keuntungan:
  • Pencangkokan lebih cepat dan ringkas.
  • Jumlah tanaman yang kita cangkok bisa lebih banyak per satuan waktu.
  • Kita punya persediaan media dalam kantong plastik yang mudah dibawa kemana-mana dan mudah dipakai sewaktu-waktu.